Kisah Nabi Harun alaihissalaam

Nama nabi Harun  disebut dalam Al-Qur’an sebanyak dua puluh kali, yaitu dalam surah Al-Baqarah (1 kali), An-Nisa’ (1 kali), Al-An’am (1 kali), Al-A’raf (2 kali), Yunus (1 kali), Maryam (1 kali), Ta-Ha (4 kali), Al-Anbiya (1 kali), Al-Mu’minun (1 kali), Al-Furqon (1 kali), As-Syua’ra (2 kali), Al-Qashash (1 kali), As-Shaffat (2 kali), Maryam (1 kali).

Sebab Diangkatnya Nabi Harun Menjadi Rasul

Harun alaihissalam merupakan salah satu manusia pilihan, yang diutus oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadi seorang nabi dan rasul. Sejarah pengangkatan nabi Harun menjadi rasulallah tidak terlepas dari kisah nabi Musa. Nabi Harun merupakan rasul ke lima belas, kenabian beliau dimulai saat nabi Musa kembali ke Mesir, berdasarkan sejarah nabi Harun diutus menjadi Rasul atas permohonon nabi Musa kepada Allah SWT. Ketika itu nabi Musa memanjatkan do’a kepada Allah SWT, dan meminta agar saudaranya Harun dijadikan untuk pendampingnya dalam berdakwah menyebarkan agama Allah SWT,  sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an surah Ta-ha ayat 29-32:

وَا جْعَلْ لِّيْ وَزِيْرًا مِّنْ اَهْلِيْ. هٰرُوْنَ اَخِى. اشْدُدْ بِهٖۤ اَزْرِيْ. وَاَ شْرِكْهُ فِيْۤ اَمْرِيْ.

Artinya: “dan jadikanlah untukku seorang pembantu dari keluargaku. (yaitu) Harun, saudaraku. Teguhkanlah kekuatanku dengan (adanya) dia. Dan jadikanlah dia teman dalam urusanku.”

Nabi Harun Diutus Sebagai Pendamping Nabi Musa

Nabi Musa dan nabi Harun diistilahkan dengan dwi tunggal, sebab diantara nabi yang 25, hanya mereka berdua seorang rasul yang hidup di waktu yang sama,  keduanya saling melengkapi dalam menyebarkan kebenaran. Nabi Musa memiliki kepribadian yang tegas sedangkan nabi Harun seseorang yang sangat lemah lembut.  Tentang kenabian nabi Musa, Allah SWT mengisahkan dalam Al-Qur’an dalam surah Maryam ayat 53, yang berbunyi:

وَ وَهَبْنَا لَهٗ مِنْ رَّحْمَتِنَاۤ اَخَاهُ هٰرُوْنَ نَبِيًّا

Artinya: “Dan Kami telah menganugerahkan sebagian rahmat Kami kepadanya, yaitu (bahwa) saudaranya, Harun, menjadi seorang nabi.”

Setelah nabi Harun mendapat wahyu sebagai Rasul, maka beliau dan nabi Musa sama-sama berjuang untuk berdakwah. Sebagaimana yang dikisahkan dalam sejarah, meskipun nabi Musa memiliki jiwa kepemimpinan yang kuat dan tegas dalam bertindak, akan tetapi beliau kewalahan untuk mengajak kaumnya ke jalan yang benar, karena lidahnya mengalami kekakuan dalam berdakwah. Berbeda dengan nabi Harun, beliau sangat fasih dalam berbicara dan berdebat, bahkan nabi Musa sendiri mengakui kelebihan nabi Harun ini, sebagaimana yang dikisahkan dalam Al-Qur’an Surah Al-Qasas ayat 34:

وَاَ خِيْ هٰرُوْنُ هُوَ اَفْصَحُ مِنِّيْ لِسَا نًا فَاَ رْسِلْهُ مَعِيَ رِدْاً يُّصَدِّقُنِيْۤ ۖ اِنِّيْۤ اَخَا فُ اَنْ يُّكَذِّبُوْنِ

Artinya: “Dan saudaraku Harun, dia lebih fasih lidahnya dari pada aku, maka utuslah dia bersamaku sebagai pembantuku untuk membenarkan (perkataan)ku; sungguh, aku takut mereka akan mendustakanku.”

Nabi Harun diutus sebagai juru bica nabi Musa dalam berdakwah. Nabi Harun memiliki kemampuan untuk berdebat, kata-kata beliau sangat jelas dan berkesan, sehingga mukjizat nabi Harun tersebut sangat membantu nabi Musa untuk berdakwah kepada kaumnya.

Nabi Harun Menjadi Pemimpin Sementara

Setelah nabi Harun diutus menjadi seorang Rasul, beliau selalu setia menemani nabi Musa untuk berdakwah. Bahkan nabi Harun ikut mendampingi nabi Musa menemui Fir’aun, dengan tujuan untuk melepaskan Bani Israel dari perbudakan. Nabi Harun mengutarakan maksud kedatangan mereka, ia memanfaatkan kefasihan berbicaranya kepada Fir’aun, dengan menggunakan bahasa yang lembut dan jelas. Hingga akhirnya mereka berhasil membawa Bani Israel keluar dari Mesir, dan terbebas dari perbudakan serta kepemimpinan Fir’aun. Berkat dari perjuangan nabi Musa dan nabi Harun, kaum Bani Israel juga kembali kepada jalan kebenaran dan beriman kepada Allah SWT. 

Sebagaimana dikisahkan dalam perjalanan pulang, saat mereka sampai di sekitar gunung Sinai atau dikenal juga dengan bukit Tursina. Nabi Musa mendapat perintah agar pergi ke bukit Tursina, dengan bermukim dan bermunajat kepada Allah SWT untuk menerima Wahyu (kitab Taurat). Menurut sejarah di bukit Tursina juga, nabi Musa dapat berbicara (berdialog) langsung dengan Allah SWT. Sebelum pergi, terlebih dahulu nabi Musa mengamanahkan kepada nabi Harun, sebagai penggantinya untuk memimpin kaum Bani Israel, selama  dirinya di bukit Tursina. Nabi Musa juga pamit kepada umatnya, dan berjanji akan kembali setelah selesai masa bermunajatnya. 

Tugas utama nabi Harun selama kepergian nabi Musa adalah memimpin dan menjaga kaum Bani Israel, agar tidak kembali kepada jalan kesesatan. Nabi Harun tidak menyia-nyiakan amanah nabi Musa, ia  terus berdakwah dan mengambil alih peran nabi Musa dengan semampunya. Meskipun nabi Harun memiliki kefasihan dalam berbicara,  tetapi beliau kurang berbakat dalam memimpin. sehingga arahannya sering tidak didengarkan kaum Bani Israel, bahkan ada yang tidak mempercainya sebagai pemimpin pengganti nabi Musa.

Kaum Bani Israel Menyembah Sapi

Menurut sejarah, kepergian yang nabi Musa janjikan kepada kaumnya hanya tiga puluh hari, namun harus bertambah sepuluh hari sebab perintah dari Allah SWT. Hal ini membuat kaum Bani Israel merasa kecewa, dan menganggap nabi Musa telah ingkar janji. Bukan hanya itu, Mereka juga berpendapat bahwa nabi Musa, telah menelantarkan mereka.

Di balik rasa kekesalan kaum Bani Israel, salah seorang penyihir Mesir musyrik memanfaatkan situasi tersebut, untuk mengajak orang yang sudah beriman ke jalan kesesatan. Penyihir tersebut bernama Samiri, dia terus menghasut kaum Bani Israel dengan berbagai tipu muslihat. Dia mendatangi mereka dengan membawa patung sapi yang terbuat dari emas, dengan kekuatan sihirnya patung tersebut bisa bersuara, sehingga terlihat seperti yang hidup. 

Samiri terus meyakinkan kaum Bani Israel, dengan mengatakan bahwa patung yang dibawahnya itu adalah Tuhan yang layak disembah. Sampai akhirnya kaum Bani Israel percaya kepada Samiri dan ikut menyambah patung sapi tersebut.

Melihat fenomena itu nabi Harun memperingatkan kaumnya, ia berusaha meluruskan dan mencegah mereka agar tidak mempercayai tipu daya Samiri. Akan tetapi kaum Bani Israel tidak menghiraukan ajakan nabi Harun, mereka tetap menyembah anak lembu itu dan  menyekutukan Allah SWT. Sebagaimana Firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surah Ta-Ha ayat 90:

وَلَـقَدْ قَا لَ لَهُمْ هٰرُوْنُ مِنْ قَبْلُ يٰقَوْمِ اِنَّمَا فُتِنْتُمْ بِهٖ ۚ وَاِ نَّ رَبَّكُمُ الرَّحْمٰنُ فَا تَّبِعُوْنِيْ وَاَ طِيْعُوْۤا اَمْرِيْ

Artinya: “Dan sungguh, sebelumnya Harun telah berkata kepada mereka, “Wahai kaumku! Sesungguhnya kamu hanya sekadar diberi cobaan (dengan patung anak sapi) itu dan sungguh, Tuhanmu ialah (Allah) Yang Maha Pengasih, maka ikutilah aku dan taatilah perintahku.”

Akan tetapi upaya yang dilakukan oleh nabi Harun untuk menyadarkan mereka, tidak diperdulikan kaumnya, nasehat nabi Harun sama sekali tidak Mereka hiraukan. Mereka tetap memilih menyekutukan Allah SWT,  dan menyembah berhala buatan Samiri (menyerupai anak sapi) yang terbuat dari lapisan emas. Kaum Bani Israel tetap memilih dalam kesesatan sampai nabi Musa kembali kepada mereka, sebagaimana di kisahkan dalam Al-Qur’an surah Ta-Ha ayat: 91

قَا لُوْا لَنْ نَّبْرَحَ عَلَيْهِ عٰكِفِيْنَ حَتّٰى يَرْجِعَ اِلَيْنَا مُوْسٰى

Artinya: “Mereka menjawab, “Kami tidak akan meninggalkannya (dan) tetap menyembahnya (patung anak sapi) sampai Musa kembali kepada kami.”

Kesalahpahaman Nabi Musa Terhadap Nabi Harun 

Setelah 40 hari kepergiannya dan masa bermunajatnya sudah selesai, nabi Musa kembali kepada kaumnya. Nabi Musa terkejut dan merasa sedih sebab melihat kaum Bani Israel sedang menyembah berhala (anak sapi). Nabi Musa bukan hanya kecewa kepada kaumnya, beliau juga kecewa dan salah paham pada nabi Harun. Ia beranggapan bahwa selama kepergiannya, nabi Harun tidak menjalankan amanah yang ia berikan dan membiarkan kaum Bani Israel dihasut oleh Samiri.

Nabi Musa langsung menemui seraya memberikan teguran pada nabi Harun, tetapi nabi Harun tidak membantah dan melawan, ia berusaha  menenangkan dan menjelaskan keadaan yang sebenarnya kepada nabi Musa. Dikisahkan dalam sejarah,  kemarahan dan kesalahpahaman nabi Musa terhadap nabi Harun, hingga ia sempat memegang rambut dan menjambak sebagian jenggot nabi Harun. Bahkan akibat dari jenggotnya yang dijambak nabi Musa sampai berubah warna menjadi putih. Sejak hari itu terjadilah jenggot nabi Harun dua warna yaitu hitam dan putih. 

Nabi Harun Wafat

Setelah amarah nabi Musa reda dan memaafkan nabi Harun, ia langsung mendatangi Samiri dan mengusirnya bersama pengikutnya. kaum Bani Israel juga, telah kembali menyembah Allah SWT. disamping itu, nabi Harun masih tetap setia mendampingi perjuangan nabi Musa. Ia senantiasa ada menemani nabi Musa dalam memperjuangkan agama Allah, dan terus berdakwah mengajarkan kebenaran sampai ia tutup usia. Dalam sejarah disebutkan, nabi Harun meninggal pada usia 123 tahun, beliau wafat lebih dulu 11 bulan dari pada nabi Musa. Beliau di makamkan di bukit nabu’ atau dikenal juga dengan Jabal Harun yang terletak di Yordania.

Keteladanan Berharga  yang Harus Diambil dari Kisah Nabi Harun

Setiap kisah nabi pasti ada pelajaran yang dapat dipetik hikmahnya. Begitu juga dengan  nabi Harun, kisahnya banyak memberi contoh tauladan bagi kita, perjuangannya sangat menginspirasi umat setelahnya. Kesabaran nabi Harun begitu luar biasa menghadapi kaum Bani Israel, kegigihannya dalam berdakwah tidak kunjung pudar. Meskipun beliau pernah tidak  dihiraukan kaumnya, tapi ia tetap mengajak dan berusaha tanpa berputus asa.

Disamping itu, sikap teladan yang mesti kita contoh dari kisahnya ialah tentang persaudaraannya dengan nabi Musa. Beliau begitu setia dan senantiasa ada untuk mendampingi nabi Musa dalam berdakwah, tanpa pernah berkhianat kepada nabi Musa, apalagi merasa iri. Selain itu nabi Harun juga seorang yang rendah hati, kelebihan yang ia miliki tidak membuatnya menjadi orang sombong. Kefasihannya berbicara dia gunakan  untuk mengajak kaum Bani Israel kejalan kebenaran, bahkan beliau rela menjadi juru bicara nabi Musa dalam berdakwah. Banyak perjuangan nabi Harun yang telah beliau korbankan untuk menegakkan kebenaran.

Wallahu a’lam