Keluarga Tsirwah yang dirahmati Allah subhanallahu ta’ala, ayat-ayat Alquran yang membahas kisah Nabi Daud dengan berbagai peristiwa yang dialaminya terdapat dalam 37 ayat secara berulang dan 23 ayat tidak berulang, serta terdapat dalam 16 tempat. Dalil-dalil tersebut di antaranya: Keutamaan Nabi Daud: Qs. Thaha: 79, Qs. An-Naml: 15. Qs. Saba’: 10, dan Qs. Shad: 17-21, 24-26, Kenabian Nabi Daud: Qs. al-Baqarah: 251, Qs.Al-An’am: 84, Nabi Daud mengasuh anaknya dengan baik: Qs. Al-Anbiya’: 78-79, Nabi Daud menerima kitab Zabur: Qs. An-Nisa’: 163, Qs. Al-Isra’: 55, Penyebutan Kitab Zabur: Qs. Ali Imran: 184, Qs. an-Nisa’: 163, Qs. An-Nahl: 44, Qs. Al-Isra’: 55, Qs. Al-Anbiya’: 55, Nabi Daud sebagai panutan orang bertaqwa: Qs. Shad: 17, Sengketa Nabi Daud dan ujiannya: Qs. Shad: 21-24, Kekuatan perang Nabi Daud: Qs. Al-Baqarah: 251, Nabi Daud makan dari hasil keringat sendiri: QS. al-Anbiya’: 80, QS. Saba’: 13, Kerajaan Nabi Daud: Qs. Al-Baqarah: 251, Qs. Al-Anbiya’: 79, Qs. Saba’: 10, Qs. Shad: 26. Dan awal mula kisah Nabi Daud dalam mengemban dakwah, dijelaskan dalam Quran surah Al-Baqarah ayat 251:
فَهَزَمُوهُم بِإِذْنِ ٱللَّهِ وَقَتَلَ دَاوُۥدُ جَالُوتَ وَءَاتَىٰهُ ٱللَّهُ ٱلْمُلْكَ وَٱلْحِكْمَةَ وَعَلَّمَهُۥ مِمَّا يَشَآءُ ۗ وَلَوْلَا دَفْعُ ٱللَّهِ ٱلنَّاسَ بَعْضَهُم بِبَعْضٍ لَّفَسَدَتِ ٱلْأَرْضُ وَلَٰكِنَّ ٱللَّهَ ذُو فَضْلٍ عَلَى ٱلْعَٰلَمِينَ
Artinya: “Mereka (tentara Thalut) mengalahkan tentara Jalut dengan izin Allah dan (dalam peperangan itu) Daud membunuh Jalut, kemudian Allah memberikan kepadanya (Daud) pemerintahan dan hikmah (sesudah meninggalnya Thalut) dan mengajarkan kepadanya apa yang dikehendaki-Nya. Seandainya Allah tidak menolak (keganasan) sebagian umat manusia dengan sebagian yang lain, pasti rusaklah bumi ini. Tetapi Allah mempunyai karunia (yang dicurahkan) atas semesta alam.”
Kepandaian Nabi Daud
Keluarga Tsirwah yang dirahmati Allah, Nabi Daud merupakan nabi yang terkenal dengan kepandaian merangkai besi. Baju-baju perang yang dibuatnya tersebut digunakan untuk melindungi prajurit saat berperang. Kepandaian Nabi Daud ini dijelaskan dalam Quran surah saba’ ayat 10-11:
وَلَقَدْ ءَاتَيْنَا دَاوُۥدَ مِنَّا فَضْلًا ۖ يَٰجِبَالُ أَوِّبِى مَعَهُۥ وَٱلطَّيْرَ ۖ وَأَلَنَّا لَهُ ٱلْحَدِيدَ
أَنِ ٱعْمَلْ سَٰبِغَٰتٍ وَقَدِّرْ فِى ٱلسَّرْدِ ۖ وَٱعْمَلُوا۟ صَٰلِحًا ۖ إِنِّى بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ
Artinya: “Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Daud kurnia dari Kami. (Kami berfirman) “Hai gunung-gunung dan burung-burung, bertasbihlah berulang-ulang bersama Daud”, dan Kami telah melunakkan besi untuknya (10) (yaitu) buatlah baju besi yang besar-besar dan ukurlah anyamannya; dan kerjakanlah amalan yang saleh. Sesungguhnya Aku melihat apa yang kamu kerjakan (11).”
Dalam ayat di atas Allah secara langsung menjelaskan dan menuntun Nabi Daud cara membuat baju tersebut. Allah berfirman “dan ukurlah anyaman nya,” maksudnya Allah memerintahkan Nabi Daud untuk berhati-hati dalam membentuk besi tersebut. Jangan dipaku biar tidak patah, dan jangan pula dikeraskan sehingga dia retak. Seperti inilah pendapat Mujahid, Qatadah, Hakam dan Ikrimah dalam menjelaskannya.
Adapun Hasan Al Bashri, Qatadah, dan A’masy menyebutkan Allah yang melunakkan besi bagi Nabi Daud, sehingga dia tidak butuh api untuk melakukannya. Bahkan Qatadah menjelaskan Nabi Daud lah orang pertama di dunia yang membuat baju besi. Hebatnya lagi Nabi Daud bisa menjual satu baju besinya dalam sehari dengan harga 6.000 dirham atau Rp25.554.000.
Keindahan Suara Nabi Daud
Dikisahkan oleh Auza’i, bahwa Abdullah bin Amir bercerita kepada, “Daud diberi suara paling merdu dan tidak pernah diberikan kepada siapapun di dunia ini. Bahkan keindahan suaranya mengakibatkan burung, binatang liar berhenti di hadapannya. Hingga mati kehausan dan kelaparan akibatnya. Sangat menakjubkan nya lagi, air sungai sampai berhenti mengalir karena indahnya suara Daud.”
Wahhab bin Munabbih mengatakan “siapa pun yang mendengarkan suaranya pasti meloncat seperti menari.” Belum pernah terdengar ada seorang pun yang bisa membacakan kitab Zabur dengan suara seindah itu bahkan jin, manusia, hewan, berhenti mendengar suaranya hingga sebagian mati menahan kelaparan. Bahkan Abu Awanah Al Isfirayini mengatakan saat Nabi Daud melantunkan bacaan kitab Zabur membuat perawakan gadis menjadi rusak.
Seluruh Gunung dan Burung Tunduk dan Bertasbih Kepadanya
Imam Ahmad meriwayatkan dalam Al-Musnad dengan riwayat shahih dari Aisyah ra, bahwa Rasulullah mendengar suara Abu Musa Al-Asy’ari membaca Alquran, Rasul pun bersabda: “Abu Musa telah diberikan seruling keluarga Daud.”
Keindahan suara Nabi Daud tidak bisa dilukiskan dengan kata-kata dan penjelasan kalimat sampai Abu Musa Al-Asy’ari dikaruniai suara yang merdu setelah merdunya suara Rasulullah. Adapun indahnya suara Abu Musa Al-Asyari merdu karena diberikan kepadanya salah satu seruling Nabi Daud. Merdunya suara Nabi Daud mampu menggerakkan gunung dan mengajaknya turut tunduk dan bertasbih bersamanya.
Tidak hanya itu burung yang beterbangan di udara pun ikut berhenti dan tunduk bertasbih bersamanya juga. Peristiwa menarik tersebut dilukiskan oleh Allah SWT dalam firman-Nya dalam Alquran Surat Shad ayat 17-19:
ذٰلِكَ جَزَيْنٰهُمْ بِمَا كَفَرُوْاۗ وَهَلْ نُجٰزِيْٓ اِلَّا الْكَفُوْرَ
وَجَعَلْنَا بَيْنَهُمْ وَبَيْنَ الْقُرَى الَّتِيْ بٰرَكْنَا فِيْهَا قُرًى ظَاهِرَةً وَّقَدَّرْنَا فِيْهَا السَّيْرَۗ سِيْرُوْا فِيْهَا لَيَالِيَ وَاَيَّامًا اٰمِنِيْنَ
فَقَالُوْا رَبَّنَا بٰعِدْ بَيْنَ اَسْفَارِنَا وَظَلَمُوْٓا اَنْفُسَهُمْ فَجَعَلْنٰهُمْ اَحَادِيْثَ وَمَزَّقْنٰهُمْ كُلَّ مُمَزَّقٍۗ اِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيٰتٍ لِّكُلِّ صَبَّارٍ شَكُوْرٍ
Artinya: “Bersabarlah atas segala apa yang mereka katakan; dan ingatlah hamba kami Daud yang mempunyai kekuatan; Sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhan) (17) Sesungguhnya Kami menundukkan gunung-gunung untuk bertasbih bersama dia (Daud) di waktu petang dan pagi, (18) Dan (Kami tundukkan pula) burung-burung dalam keadaan terkumpul. masing-masingnya amat taat kepada Allah (19).”
Kebijakan Kepemimpinan Nabi Daud
Nabi Daud juga Allah anugerahkan sikap bijaksana dalam menetapkan suatu hukum saat menghakimi umatnya. Allah memberikan wasiat kepadanya untuk senantiasa mengikuti yang benar dan menjauhkan hawa nafsu. Hal ini termuat dalam Quran surah shad ayat 26:
يٰدَاوٗدُ اِنَّا جَعَلْنٰكَ خَلِيْفَةً فِى الْاَرْضِ فَاحْكُمْ بَيْنَ النَّاسِ بِالْحَقِّ وَلَا تَتَّبِعِ الْهَوٰى فَيُضِلَّكَ عَنْ سَبِيْلِ اللّٰهِ ۗاِنَّ الَّذِيْنَ يَضِلُّوْنَ عَنْ سَبِيْلِ اللّٰهِ لَهُمْ عَذَابٌ شَدِيْدٌ ۢبِمَا نَسُوْا يَوْمَ الْحِسَابِ
Artinya: (Allah berfirman), “Wahai Daud! Sesungguhnya engkau Kami jadikan khalifah (penguasa) di bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah engkau mengikuti hawa nafsu, karena akan menyesatkan engkau dari jalan Allah. Sungguh, orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan.”
Kebijakan Nabi Daud ini dikisahkan dalam hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas, bahwa diceritakan ada sekelompok kambing masuk kedalam lahan pertanian namun pada saat pengembala tidak membersamai ternaknya.
Melihat kondisi pertanian yang porak poranda para petani meminta keadilan kepada Nabi Daud untuk menyelesaikan masalah tersebut, “Wahai nabi Allah! Sesungguhnya kami telah mencangkul tanah kami, menanaminya dan kami menunggu waktu panennya. Namun, ketika akan datang waktu panen datanglah sekelompok kambing pada malam hari, menyebar pada pertanian kami dan memakan tanamannya hingga tidak ada yang tersisa sedikitpun dari tanaman kami”.
Nabi Daud berkata kepada pemilik kambing: “Apakah benar apa yang dikatakan pemilik pertanian itu?” Mereka menjawab, “Benar,” lalu Nabi Daud berkata pula kepada pemilik pertanian, “Berapakah biaya kerugian pertanian kalian?” Mereka Pun menyebutkan biaya kerugian kepadanya. Nabi Daud juga berkata kepada pemilik kambing , “Berapakah harga kambing kalian?” mereka pun menyebutkan berapa harganya. Tatkala Nabi Daud melihat antara kedua harga tersebut hampir mendekati, Nabi Daud berkata kepada pemilik kambing, “Bayarlah harga kambing kalian itu kepada pemilik pertanian sebagai ganti rugi atas pertanian mereka.”
Waktu itu anaknya Sulaiman alaihissalaam bertepatan berada di tempat tersebut menyaksikan pengadilan itu dan Sulaiman segera berkata kepada ayahnya, “Aku mempunyai pendapat lain dalam masalah ini, pemilik kambing membayar dengan kambing mereka kepada pemilik pertanian sehingga mereka bisa mengambil manfaat dari bulu kambing tersebut, susunya dan hasilnya.”
Sedangkan pemilik kambing mengambil pertanian pemilik pertanian itu agar mereka mencangkulnya, menanami dan memanennya hingga pertanian itu kembali seperti semula. Setelah datang waktu panen, maka mereka menyebarkannya kembali kepada pemilik pertanian sebelumnya dan mereka juga menerima kembali kambing-kambing mereka. Semua menyetujui keputusan tersebut. Nabi Daud pun memutuskan hukum seperti yang difatwakan anaknya Sulaiman. Inilah yang diisyaratkan dalam Alquran Surat Al-Anbiya’ ayat 78-79:
وَدَاوٗدَ وَسُلَيْمٰنَ اِذْ يَحْكُمٰنِ فِى الْحَرْثِ اِذْ نَفَشَتْ فِيْهِ غَنَمُ الْقَوْمِۚ وَكُنَّا لِحُكْمِهِمْ شٰهِدِيْنَ
فَفَهَّمْنَٰهَا سُلَيْمَٰنَ ۚ وَكُلًّا ءَاتَيْنَا حُكْمًا وَعِلْمًا ۚ وَسَخَّرْنَا مَعَ دَاوُۥدَ ٱلْجِبَالَ يُسَبِّحْنَ وَٱلطَّيْرَ ۚ وَكُنَّا فَٰعِلِينَ
Artinya: “Dan (ingatlah kisah) Daud dan Sulaiman, ketika keduanya memberikan keputusan mengenai ladang, karena (ladang itu) dirusak oleh kambing-kambing milik kaumnya. Dan Kami menyaksikan keputusan (yang diberikan) oleh mereka itu (78). Maka Kami telah memberikan pengertian kepada Sulaiman tentang hukum (yang lebih tepat); dan kepada masing-masing mereka telah Kami berikan hikmah dan ilmu dan telah Kami tundukkan gunung-gunung dan burung-burung, semua bertasbih bersama Daud. Dan kamilah yang melakukannya (79).”
Hikmah Kisah Nabi Daud
1) Allah menganugerahi manusia kreativitas dan keahlian. Sehingga dengan kemampuan tersebut bisa dimanfaatkan untuk memenuhi kehidupan seperti Nabi Daud yang memanfaatkan keahliannya dalam merangkai baju besi, dengan penghasilan yang didapatkannya ia menjadi sosok yang mandiri, yang memperoleh makanan dengan usaha tangan sendiri.
2) Allah memberikan kemampuan dan keistimewaan kepada siapapun yang dikehendakinya, serta tidak ada satupun makhluk yang bisa menandingi ciptaan nya itu.
3) Bersikap bijak dan adil dalam memutuskan suatu perkara, jangan sampai keputusan yang kita berikan memberikan dampak kerugian kepada orang lain.
Wallohu Alam