Keluarga Tsirwah yang dirahmati Allah subhanahu wa ta’ala, dalam Al-Qur’an nama nabi Isa disebutkan sebanyak 55 kali. Sebutan Isa sebanyak 21 kali, sebutan Al-Masih sebanyak sebelas kali, dan sebutan Ibnu (putra) Maryam sebanyak 23 kali. Kisah mengenai nabi Isa dan kaumnya dapat disimak dalam Al-Qur’an surah Maryam ayat 16-37, Al-Maidah ayat 72, Al-Maidah ayat 112-115, Ali Imran ayat 54-55, dan An-Nisa’ ayat 155-159.
Hadits Tentang Nabi Isa Alaihissalam
Telah menceritakan kepada kami Suraij, dia berkata, telah menceritakan kepada kami Fulaih dari Al Harits bin Fudhail Al Anshari dari Ziyad bin Sa’d dari Abu Hurairah, dia berkata, Rasulullah bersabda:
يَنْزِلُ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ إِمَامًا عَادِلًا وَحَكَمًا مُقْسِطًا فَيَكْسِرُ الصَّلِيبَ وَيَقْتُلُ الْخِنْزِيرَ وَيُرْجِعُ السَّلْمَ وَيَتَّخِذُ السُّيُوفَ مَنَاجِلَ وَتَذْهَبُ حُمَةُ كُلِّ ذَاتِ حُمَةٍ وَتُنْزِلُ السَّمَاءُ رِزْقَهَا وَتُخْرِجُ الْأَرْضُ بَرَكَتَهَا حَتَّى يَلْعَبَ الصَّبِيُّ بِالثُّعْبَانِ فَلَا يَضُرُّهُ وَيُرَاعِي الْغَنَمَ الذِّئْبُ فَلَا يَضُرُّهَا وَيُرَاعِي الْأَسَدُ الْبَقَرَ فَلَا يَضُرُّهَا
Artinya: “Isa putra Maryam akan turun sebagai Imam dan hakim yang adil, kemudian ia akan menghancurkan salib, membunuh babi dan mengembalikan perdamaian, pedang-pedang akan kembali ke dalam sarungnya, setiap yang beracun akan kembali ke tempat asalnya, langit akan menurunkan rezeki dan bumi akan mengeluarkan barakahnya sehingga seorang anak kecil akan bermain-main dengan seekor ular dan itu tidak akan membahayakannya, serigala menggembalakan kambing, singa menggembalakan sapi dan tidak membahayakannya,” (HR. Ahmad).
Kelahiran Ibunda Maryam
Kisah nabi Isa tidak dapat dilepaskan dari kisah ibunya yang bernama Maryam. Allah menakdirkan dia melahirkannya tanpa seorang ayah. Bapaknya bernama Imran yang memiliki silsilah keturunan hingga nabi Daud.
Dikenal sebagai imam shalat bagi Bani Isra’il. Sedangkan ibunya bernama Hanah binti Faqud bin Qabil. Dia juga dikenal sebagai ahli ibadah. Sedangkan nabi Zakaria yang diutus sebagai nabi pada zaman itu adalah suami dari saudara perempuannya yang bernama Asya’.
Dikisahkan bahwa suatu hari ibu Maryam melihat seekor induk burung yang sedang memberi makan kepada anaknya. Lalu, tiba-tiba saja dia menginginkan seorang anak. Lalu dia bernazar bahwa jika dia hamil niscaya anaknya akan dijadikan sebagai pelayan di Baitul Maqdis. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an surah Ali Imran ayat 35 yang berbunyi:
اِذْ قَالَتِ امْرَاَتُ عِمْرٰنَ رَبِّ اِنِّيْ نَذَرْتُ لَكَ مَا فِيْ بَطْنِيْ مُحَرَّرًا فَتَقَبَّلْ مِنِّيْ ۚ اِنَّكَ اَنْتَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ
Artinya: “(Ingatlah) ketika istri Imran berkata, “Wahai Tuhanku, sesungguhnya aku menazarkan kepada-Mu apa yang ada di dalam kandunganku murni untuk-Mu (berkhidmat di Baitulmaqdis). Maka, terimalah (nazar itu) dariku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
Maka, saat itu pula dia mengalami haid. Setelah suci, suaminya menggaulinya. Kemudian ibu Maryam mengandung. Ketika datang masanya, dia melahirkan seorang anak wanita. Sang anak diberi nama Maryam. Lalu dia mohon perlindungan kepada Allah agar anaknya dihindarkan dari setan.
Terkait dengan doa yang dipanjatkan oleh ibu Maryam yang meminta perlindungan Allah untuk anaknya dari gangguan setan, maka doanya dikabulkan Allah subhanahu wa ta’ala, sebagaimana sabda nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam:
حَدَّثَنِي عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُحَمَّدٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ أَخْبَرَنَا مَعْمَرٌ عَنْ الزُّهْرِيِّ عَنْ سَعِيدِ اللَّهُ عَنْهُ بْنِ الْمُسَيَّبِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا مِنْ مَوْلُودٍ يُولَدُ إِلَّا وَالشَّيْطَانُ يَمَسُّهُ حِينَ يُولَدُ فَيَسْتَهِلُ صَارِحًا مِنْ مَنٌ الشَّيْطَانِ إِيَّاهُ إِلَّا مَرْيَمَ وَابْنَهَا
Artinya: “Telah menceritakan kepadaku Abdullah bin Muhammad, telah menceritakan kepada kami Abdurrazaq, telah mengabarkan kepada kami Ma’mar dari Az Zuhri dari Sa’id bin Al Musayyab dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu bahwa Nabi bersabda, Tidaklah bayi yang dilahirkan kecuali setan akan menyentuhnya ketika ia lahir, sehingga mereka menangis keras karena sentuhan setan tersebut, kecuali Maryam dan putranya,” (HR. Bukhori).
Berebut untuk Merawat Maryam
Setelah selesai masa menyusui dan perawatan secukupnya, ibu Maryam menyerahkan Maryam kepada ahli ibadah yang tinggal di Baitul Maqdis. Karena Maryam merupakan anak imam mereka, maka mereka berebut untuk merawatnya. Nabi Zakaria yang berada di antara mereka menginginkan agar hak tersebut hanya diserahkan kepadanya, karena isterinya adalah saudara perempuannya (atau bibinya). Namun mereka tidak menerima keinginannya.
Lalu mereka mengusulkan agar dilakukan undian untuk menentukan siapa yang berhak merawatnya. Akhirnya mereka sepakat melakukan undian. Caranya, pertama kali dengan meletakkan anak panah mereka yang telah dikenal cirinya masing-masing. Lalu mereka letakkan di sebuah tempat. Kemudian diperintahkan kepada seorang anak kecil yang belum baligh untuk mengeluarkan salah satunya, dan ternyata yang keluar adalah anak panah milik Zakaria.
Mereka masih belum menerima, mereka meminta agar undian diulangi lagi dengan cara melempar anak panah mereka masing-masing ke sungai, anak panah yang berjalan melawan arus air maka pemiliknya dianggap pemenang. Ternyata undian tersebut kembali dimenangkan Zakaria, karena anak panahnya merupakan satu-satunya yang mengalir melawan arus sungai.
Akhirnya mereka menerima bahwa hak perawatan Maryam ada di tangan Zakaria. Semua itu semata-mata adalah takdir dan kehendak Allah subhanahu wa ta’ala.
Makanan dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala
Setiap kali nabi Zakaria masuk ke tempatnya, dia mendapati buah-buahan telah tersedia di hadapannya. Anehnya apabila di musim panas, buah-buahan yang tersedia adalah
buah-buahan yang hanya ada di musim dingin, dan apabila di musim dingin, yang tersedia adalah buah-buahan yang hanya didapati di musim panas.
Nabi Zakariya pun bertanya, “Hai Maryam dari mana kamu memperoleh (makanan) ini?” Maryam pun menjawab “Makanan itu dari sisi Allah.” Hal tersebut mendorong nabi Zakaria untuk memiliki keturunan walaupun usianya telah tua renta. Dia pun berdoa sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an surah Ali-Imran ayat 38:
هُنَالِكَ دَعَا زَكَرِيَّا رَبَّهٗ ۚ قَالَ رَبِّ هَبْ لِيْ مِنْ لَّدُنْكَ ذُرِّيَّةً طَيِّبَةً ۚ اِنَّكَ سَمِيْعُ الدُّعَاۤءِ
Artinya: “Di sanalah Zakaria berdoa kepada Tuhannya. Dia berkata, Wahai Tuhanku, karuniakanlah kepadaku keturunan yang baik dari sisi-Mu. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar doa.”
Allah Mengangkat Derajat Maryam
Suatu ketika, Allah mengirim malaikat-Nya untuk memberikan kabar gembira kepada Maryam berupa terpilihnya dia sebagai wanita yang paling mulia di alam ini. Dalam hadits, kemuliaan Maryam juga disebutkan dengan menyertakan wanita-wanita lainnya, yaitu Asiah binti Muzahim, Khadijah binti Khuwailid dan Fatimah binti Muhammad shalallahu alaihi wasallam, adapun bunyi hadits tersebut yaitu sebagai berikut:
حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ قَالَ أَخْبَرَنَا مَعْمَرٌ عَنْ قَتَادَةَ عَنْ أَنَسٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ حَسْبُكَ مِنْ نِسَاءِ الْعَالَمِينَ مَرْيَمُ ابْنَةُ عِمْرَانَ وَخَدِيجَةُ بِنْتُ خُوَيْلِدٍ وَفَاطِمَةُ ابْنَةُ مُحَمَّدٍ وَآسِيَةُ امْرَأَةُ فِرْعَوْنَ
Artinya: “Telah menceritakan kepada kami Abdurrazzaq berkata, telah mengabarkan kepada kami Ma’mar dari Qatadah dari Anas Bahwasanya Nabi shalallahu alaihi wasallam bersabda, cukuplah sebagai keteladanan bagimu dari wanita dunia itu Maryam binti Imran, Khadijah binti Khuwailid, Fatimah binti Muhammad dan ‘Asiah istri Fir`aun,”(HR. Ahmad).
Kelahiran Nabi Isa
Selain kabar gembira berupa kedudukan sebagai wanita yang paling mulia. Allah juga memberikan kabar gembira kepada Maryam melalui malaikat-Nya bahwa dia akan melahirkan seorang anak yang suci dan mulia, seorang nabi yang memiliki berbagai mukjizat dan sejak kecil menyeru manusia untuk beribadah kepada Allah semata.
Suatu saat, ketika dia keluar dari masjid dan berada seorang diri di sebelah timur masjid, Allah mengutus malaikat Jibril kepadanya dalam bentuk manusia yang tampan. Awalnya Maryam tidak mengenalinya, secara refleks dia berlindung kepada Allah subhanahu wa ta’ala dan berharap tidak mendapatkan gangguan orang tersebut jika dia orang yang bertakwa.
Lalu Jibril memperkenalkan dirinya bahwa dia adalah utusan Allah subhanahu wa ta’ala yang akan memberinya seorang anak yang mulia. Maryam terheran-heran, bagaimana dia dapat memiliki anak, sedangkan dia tidak bersuami, juga bukan orang yang berbuat zina.
Sang malaikat menjawab bahwa hal itu perkara mudah bagi Allah subhanahu wa ta’ala, karena dia Maha Kuasa mewujudkan setiap yang Dia kehendaki.
Lagi pula, dari hal tersebut Allah hendak menunjukkan tanda-tanda kebesaran-Nya dalam masalah menciptakan dengan berbagai macam cara. Dia telah menciptakan Adam tanpa perantara laki-laki dan wanita, lalu menciptakan Hawa dari unsur laki-laki (Adam) tanpa wanita. Maka kini dia akan menciptakan Isa dari seorang wanita tanpa laki-laki.
Berita kehamilan Maryam, semakin tersebar hingga di kalangan Bani Isra’il. Sebagian orang orang yang tidak bertanggung jawab menuduhnya berbuat zina dengan Yusuf bin Ya’qub An-Najjar (seorang ahli ibadah dari Bani Isra’il) yang juga beribadah di dalam masjid bersamanya. Akhirnya Maryam menghindari mereka dan mencari tempat yang jauh serta sepi.
Maryam mengandung selama sembilan bulan sebagaimana umumnya wanita yang mengandung, dan ketika telah tiba waktunya diapun melahirkan. Rasa sakit melahirkan yang dideritanya memaksanya bersandar
pada pangkal pohon kurma di sebuah tempat bernama Bait lahm (Bethlehem). Rasa sakit yang sangat, ditambah ketakutan tuduhan orang-orang kepadanya karena melahirkan anak tanpa seorang ayah, padahal sebelumnya dia dikenal sebagai ahli ibadah dan tumbuh dalam keluarga kenabian, membuat dirinya lebih menginginkan kematian sebelum kejadian ini atau sama sekali tidak diciptakan.
Ketika itu, tiba-tiba terdengar suara malaikat Jibril yang menghiburnya agar tidak bersedih dan memberitahukannya bahwa di bawahnya terdapat sungai. Dia pun memerintahkan Maryam menggoyang pangkal pohon kurma untuk mendapatkan buahnya. Padahal waktu itu sedang musim dingin bukan waktunya bagi pohon kurma berbuah. Tapi Allah memerintahkannya demikian untuk memberinya nikmat.
Setelah 40 hari, masa nifasnya selesai. Maryam kembali dan membawa bayinya menemui kaumnya. Melihat dia datang membawa sang anak, kaumnya serta merta menuduhnya telah berbuat kemunkaran yang sangat besar. Hal tersebut mereka katakan karena Maryam bukan lahir dan tumbuh dari keluarga yang buruk, tapi keluarga baik-baik yang tidak berprilaku nista.
Maryam dipanggil kaumnya sebagai saudara perempuan Harun. Sebagian ulama berpendapat bahwa yang dimaksud Harun adalah seorang ahli ibadah pada zaman tersebut. Ada juga yang mengatakan bahwa Harun yang dimaksud adalah nabi Harun saudaranya nabi Musa, maka Maryam disebut sebagai saudara perempuannya bukan dari segi nasabnya, tapi karena kemiripannya dalam ketaatan dan ibadahnya. Pendapat yang lebih kuat adalah bahwa Maryam memiliki saudara kandung bernama Harun yang dikenal taat beribadah.
Nabi Isa Dapat Berbicara Ketika Masih dalam Buaian
Ketika tuduhan-tuduhan semakin keras, tidak ada lagi alasan yang dapat dikemukakan. Maryam menyandarkan dirinya kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Lalu dia memberi isyarat kepada kaumnya yang menuduhnya berbuat nista agar bertanya kepada bayi yang baru dilahirkannya.
Mereka jelas tidak dapat menerima, bagaimana mungkin seorang bayi yang masih dalam gendongan dapat mereka ajak bicara. Mereka merasa dilecehkan oleh Maryam. Namun ketika itu juga, nabi Isa yang masih bayi pun menjawab perkataan mereka, hal ini sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an surah Maryam ayat 30-33:
قَالَ اِنِّيْ عَبْدُ اللّٰهِ ۗاٰتٰنِيَ الْكِتٰبَ وَجَعَلَنِيْ نَبِيًّا (30) وَّجَعَلَنِيْ مُبٰرَكًا اَيْنَ مَا كُنْتُۖ وَاَوْصٰنِيْ بِالصَّلٰوةِ وَالزَّكٰوةِ مَا دُمْتُ حَيًّا (31) وَّبَرًّاۢ بِوَالِدَتِيْ وَلَمْ يَجْعَلْنِيْ جَبَّارًا شَقِيًّا (32) وَالسَّلٰمُ عَلَيَّ يَوْمَ وُلِدْتُّ وَيَوْمَ اَمُوْتُ وَيَوْمَ اُبْعَثُ حَيًّا (33)
Artinya: “Dia (Isa) berkata, Sesungguhnya aku hamba Allah. Dia (akan) memberiku Kitab (Injil) dan menjadikan aku seorang nabi.(30) Dia menjadikan aku seorang yang diberkahi di mana saja aku berada dan memerintahkan kepadaku (untuk melaksanakan) salat serta (menunaikan) zakat sepanjang hayatku,(31) dan berbakti kepada ibuku serta Dia tidak menjadikanku orang yang sombong lagi celaka.(32) Kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku pada hari kelahiranku, hari wafatku, dan hari aku dibangkitkan hidup (kembali).”(33)
Ayat di atas memberikan penjelasan terkait nabi Isa yang memberikan pengakuan bahwa Allah adalah Tuhannya yang memiliki hak Ubudiah (penghambaan), sekaligus sebagai bantahan atas ucapan orang-orang zalim yang mengangkatnya sebagai anak Allah. Dirinya tak lain adalah hamba dan rasul-Nya, serta anak dari hamba perempuan-Nya.
Ayat di atas juga menjelaskan bahwa ucapan nabi Isa untuk membantah tuduhan nista orang-orang Yahudi terhadap ibunya (Maryam) telah melakukan zina. Dengan ucapan tersebut nabi Isa ingin mengatakan bahwa jika benar dia anak dari hasil perbuatan zina, niscaya Allah tidak akan memberinya kemuliaan dengan memberinya kitab dan mengangkatnya sebagai nabi, bahkan dia dimuliakan sebagai salah seorang nabi Ulul ‘Azmi.
Pertumbuhan Nabi Isa
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa nabi Isa dilahirkan di Bait lahm (Bethlehem) berdekatan dengan Baitul Maqdis. Sejak peristiwa nabi Isa dapat berbicara saat masih dalam buaian, namanya menjadi terkenal di kalangan penduduk negerinya.
Namun di sisi lain hal tersebut menimbulkan kedengkian dan kekhawatiran sebagian kalangan, khususnya kaum Yahudi yang sejak awal sudah memendam kebencian kepadanya sehingga menuduh ibunya sebagai pezina dan Isa sebagai anak zina. Bahkan mereka sudah berencana untuk untuk membunuhnya. Mengetahui hal tersebut sang ibu segera membawa anaknya ke negeri Mesir.
Setelah nabi Isa berusia 12 tahun ada juga yang mengatakan berusia 13 tahun, Allah memerintahkannya untuk meninggalkan negeri Mesir dan kembali ke negeri asalnya, yaitu Palestina. Maka kembalilah nabi Isa ke Palestina, dan kemudian diturunkan kepadanya kitab Injil, diajarkan pula kepadanya Taurat.
Kabar diutusnya Rasul Sepeninggalan Nabi Isa
Nabi Isa adalah penutup para nabi di kalangan Bani Israil. Ia berdiri di tengah- tengah mereka, menyampaikan khotbah berupa kabar gembira akan datangnya penutup para nabi setelahnya. Ia menyebutkan namanya serta ciri-cirinya kepada mereka, agar mereka kenali dan mereka menjadi pengikutnya kala melihatnya, sebagai penegakan hujah pada mereka, juga sebagai kebaikan Allah untuk mereka.
Utusan Allah yang datang sesudahnya bernama Ahmad, yaitu nabi Muhammad sholallahu alaihi wasallam. Adapun ciri-cirinya yaitu ia berasal dari bangsa Arab, pemilik unta dan imamah, yang suka mengenakan baju besi dan sepasang sandal serta menyandang pedang. Kedua matanya lebar dan indah.
Keningnya bidang, pipinya bersih, rambutnya ikal, jenggotnya lebat, kedua alisnya bertaut. Hidungnya mancung, giginya tersusun rapi, tidak terdapat bulu-bulu di bawah bibirnya. Lehernya bagaikan teko yang terbuat dari perak dan seakan-akan emas mengalir dibalik kerongkongannya.
Dia memiliki bulu-bulu halus yang memanjang bagaikan pedang dari pangkal dada hingga pusatnya, tidak ada bulu-bulu selainnya di dada dan perutnya. Tangan dan kakinya keras. Jika menoleh, dia membalikkan seluruh tubuhnya. Jika dia berjalan seakan-akan bagaikan batu yang meluncur dari sebuah tebing.
Keringat di wajahnya bagaikan mutiara yang memancarkan semerbak kasturi. Belum pernah ada orang yang terlihat seperti dia, baik sebelum maupun sesudahnya. Perawakannya ideal dan baunya harum.
Mukjizat Nabi Isa
Ketika Nabi Isa diutus kepada Bani Israil dengan membawa bukti-bukti, orang-orang munafik dan kafir mengejeknya. Mereka menuntut nabi Isa agar menunjukkan sesuatu yang menguatkan risalahnya, sehingga Allah mengukuhkannya dengan mukjizat-mukjizat yang cemerlang, yaitu:
1. Membuat burung dari tanah kemudian meniupnya, sehingga. menjadi burung yang sebenamya dengan seizin Allah.
2. Mengusap orang buta -yaitu orang yang dilahirkan dalam keadaan buta, sehingga orang buta dapat melihat kembali dengan izin Allah.
3. Mengusap orang yang menderita penyakit belang, sehingga sembuh dengan izin Allah.
4. Menghidupkan orang mati dengan izin Allah (dengan seruan atau sentuhan).
5. Pemberitahuan kepada orang-orang tentang apa-apa yang mereka makan dan mereka simpan di rumah-rumah mereka.
Kisah Hidangan dari Langit
Nabi Isa memerintahkan para pengikut setianya untuk berpuasa selama tiga hari. Setelah mereka menyempurnakan puasanya selama tiga hari, mereka meminta kepada nabi Isa untuk memohonkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala agar diturunkan hidangan bagi mereka dari langit, agar hati mereka tenteram dan yakin bahwa Allah subhanahu wa ta’ala telah menerima puasa mereka.
Mereka akan menjadikan peristiwa tersebut sebagai hari raya mereka dan orang-orang sesudah mereka. Nabi Isa menasehati mereka dari permintaan tersebut, khawatir mereka tidak dapat bersyukur dan menunaikan hak-haknya. Namun mereka tetap bersikeras agar beliau memohon kepada Allah subhanahu wa ta’ala sesuai permintaan mereka.
Melihat para pengikut setianya bersikeras atas permintaan-nya, maka nabi Isa menuju tempat sholat, lalu sholat dan memohon kepada Allah subhanahu wa ta’ala dengan penuh khusyu dan derai air mata agar Allah subhanahu wa ta’ala memenuhi permintaan kaumnya.
Kemudian Allah subhanahu wa ta’ala menurunkan hidangan dari langit di depan pandangan mereka. Sedikit demi sedikit hidangan tersebut turun mendekat nabi Isa. Setiap kali hidangan itu mendekat nabi Isa selalu berdoa kepada Allah subhanahu wa ta’ala agar hidangan tersebut berupa nikmat bukan bencana.
Akhirnya hidangan tersebut tepat berada di hadapannya, tertutup dengan sehelai kain, lalu dengan membaca bismillah khairur raaziqin (dengan menyebut nama Allah sebaik-baik pemberi rizqi) beliau pun membuka penutupnya. Di dalamnya terdapat tujuh potong roti dan tujuh ekor ikan. Ada yang mengatakan ditambah cuka, atau delima dan buah-buahan, baunya sangat harum semerbak.
Kemudian hidangan tersebut turun setiap hari sekali, semua lapisan masyarakat dapat menikmatinya. Namun berikutnya Allah subhanahu wa ta’ala memerintahkan nabi Isa untuk membatasi hidangan tersebut hanya boleh disantap oleh kaum fakir dan mereka yang membutuhkan saja, sedangkan orang-orang kaya tidak boleh menikmatinya.
Ketentuan tersebut dirasakan berat oleh banyak orang, maka kaum munafik di antara mereka mulai berbicara mengecam hal tersebut. Akhirnya hidangan tersebut tidak lagi diturunkan dari langit, dan orang-orang yang mengecam ketentuan tersebut Allah merubah rupanya menjadi babi.
Kisah Diangkatnya Nabi Isa ke Langit
Kaum nabi Isa banyak yang menampakkan kekufuran dan penentangannya walaupun beliau telah mendatangkan semua argumen dan bukti-bukti kebenarannya. Orang-orang Yahudi yang hidup pada zaman itu berhati keras, sehingga mereka memusuhinya dan mulai mencegah orang- orang untuk mendengarkan dakwahnya serta mengadakan persekongkolan melawan nabi Isa.
Allah subhanahu wa ta’ala telah menjelaskan bahwa Dia mengangkat nabi Isa ke langit. Hal tersebut dilakukan untuk menyelamatkan nabi Isa dari orang-orang Yahudi yang hendak membunuhnya. Sebab mereka menyebarkan fitnah tentang nabi Isa kepada salah seorang raja kafir pada zaman itu yang bernama Daud bin Nauran.
Lalu dia memerintahkan untuk membunuh nabi Isa dan menyalibnya. Maka orang-orang Yahudi mengepung rumahnya di Baitul Maqdis pada sore hari Jumat malam Sabtu. Ketika mereka akan memasukin rumahnya, salah seorang pengikut setianya ada yang diberikaan keserupaan seperti dirinya, sementara nabi Isa sendiri di angkat melalui lobang angin yang terdapat di rumahnya ke langit disaksikan anggota keluarganya.
Setelah itu, para pengepung masuk ke rumahnya, ketika mereka mendapatkan seseorang yang wajahnya mirip nabi Isa. Mereka segera menangkapnya dengan dugaan bahwa dialah nabi Isa, lalu mereka membunuhnya, kemudian menyalibnya dan meletakkan dedurian di atas kepalanya sebagai penghinaan kepadanya.
Orang-orang awam dari kalangan Nasrani yang tidak menyaksikan perkara tersebut menerima saja pengakuan orang-orang Yahudi bahwa nabi Isa telah disalib. Mereka adalah orang-orang yang mengalami kesesatan yang sangat nyata dan jauh. Ketika itu pengikut nabi Isa terpecah menjadi tiga kelompok:
1. Kelompok pertama yang menyakini bahwa dia adalah Allah yang naik ke langit.
2. Kelompok kedua yang meyakini bahwa Isa adalah anak Allah yang diangkat ke langit.
3. Kelompok yang meyakini bahwa dia adalah hamba Allah dan Rasul-Nya. Merekalah orang-orang muslim.
Pada waktu itu di antara pengikut nabi Isa ada yang berkhianat dengan memberitahu keberadaan nabi Isa kepada orang-orang Yahudi yang hendak membunuhnya, namanya adalah Yudas Iskariot. Sedangkan pengikut nabi Isa yang diberikan keserupaan wajah seperti dia diriwayatkan bernama Sirjis, namun ada pula yang mengatakan bahwa diaa dalah Yudas Iskariot itu sendiri.
Adapun orang-orang Yahudi, setelah mambunuh dan menyalib orang yang diserupakan dengan nabi Isa, mereka membuang orang tersebut bersama kayu salibnya di tempat sampah dan najis serta pembuangan bangkai binatang dan kotoran.
Pelajaran Berharga dari Kisah Nabi Isa
Pelajaran berharga dari kisah nabi Isa dalam Islam adalah ia menghadapi banyak cobaan dan ujian selama hidupnya, namun ia tetap teguh dalam imannya kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Ini mengajarkan kita keteguhan iman dalam menghadapi kesulitan. Nabi Isa juga menunjukkan rasa hormat kepada ibunya (Maryam) yang memiliki peran penting dalam kisahnya. Ini mengajarkan pentingnya menghormati perempuan dalam masyarakat.
Wallohu ‘Alam