Kisah Nabi Ilyasa alaihissalaam

Nama nabi Ilyasa’ disebut dalam Al-Qur’an sebanyak dua kali, yaitu dalam surah Al-An’am ayat 86 dan surah Sad ayat ayat 48.

Silsilah Keturunan Nabi Ilyasa’ dan Pertemuannya dengan Nabi Ilyas

Keluarga Tsirwah yang dirahmati Allah Subhaanahu Wa Ta’ala, Nabi Ilyasa’ lahir pada tahun 885 sebelum Masehi, tentang kelahiran beliau tidak banyak sumber yang mengisahkannya. Dalam Al-Qur’an, nama beliau hanya disebut sebagai contoh yang baik, sebagaimana yang termaktub pada surah Sad ayat 48:

وَا ذْكُرْ اِسْمٰعِيْلَ وَ الْيَسَعَ وَذَا الْكِفْلِ ۗ وَكُلٌّ مِّنَ الْاَ خْيَا رِ 

Artinya: “Dan ingatlah Ismail, Ilyasa’, dan Zulkifli. Semuanya termasuk orang-orang yang paling baik.”

Namun, nabi Ilyasa’ lahir dari kalangan Bani Israel, yang masih satu garis keturunan dengan nabi Musa, nabi Harun dan nabi Ilyas. Beliau merupakan berasal dari keluarga sederhana, secara silsilah nabi Ilyasa’ adalah keturunan keempat nabi Yusuf alaihissalam.  Menurut sejarah nabi Ilyasa’ tinggal di sekitar lembah sungai Yordania.

Kisah nabi Ilyasa’ tidak terlepas dari kisah nabi Ilyas, berdasarkan sejarah beliau merupakan pengikut sekaligus anak angkat nabi Ilyas. Saat umur nabi Ilyasa’ masih belia, ia pernah menderita penyakit yang serius sampai bertahun-tahun, hingga badannya menjadi kering dan kurus. Selama sakit ia hanya bisa berbaring di tempat tidur, ibunya sangat khawatir dan hampir putus asa karena nabi Ilyasa’ tidak kunjung sembuh dari sakitnya.

Pertemuan nabi Ilyas dengan nabi Ilyasa’, bermula saat nabi Ilyas mendatangi rumah ibu nabi Ilyasa’. Tujuan kedatangan nabi Ilyas adalah untuk bersembunyi dari kaumnya yang sedang mencarinya karena ingin membunuh beliau. Setelah nabi Ilyas melihat nabi Ilyasa’ yang sedang sakit, beliau sempat ikut merawatnya bersama ibu nabi Ilyasa’, bahkan dalam sejarah nabi Ilyaslah yang menyembuhkan nabi Ilyasa’, berkat izin dari Allah Subhana wa Taa’la.

Nabi Ilyasa’ Penerus Dakwah Nabi Ilyas

Nabi Ilyasa’ sangat kagum kepada nabi Ilyas. Setelah beliau sembuh total dari penyakitnya, nabi Ilyasa’ beriman kepada nabi Ilyas, ia juga mempelajari semua ilmu yang dimiliki nabi Ilyas. Bahkan beliau menjadi pengikut setia nabi Ilyas, nabi Ilyasa’ selalu menemani nabi Ilyas dalam berdakwah, beliau tidak pernah ketinggalan kemanapun nabi Ilyas pergi. Setelah nabi Ilyas wafat kemudian nabi Ilyasa’ diangkat menjadi rasul, sehingga beliaulah yang akan meneruskan dakwah nabi Ilyas. Saat nabi Ilyas masih hidup, kaum Bani Israel sudah banyak yang mengikuti syariat Allah, akan tetapi setelah nabi Ilyas Wwafat, mereka kembali ingkar dan melakukan kemaksiatan.

Nabi Ilyasa’ akhirnya berdakwah kepada Bani Israel, beliau meluruskan akidah mereka dan juga terus menyeru kepada kebaikan, ia melanjutkan visi misi dakwah ayah angkatnya. Namun, proses dakwah nabi Ilyasa’ tidak berjalan mudah, beliau mengalami hal yang sama dengan perjuangan dakwah nabi Ilyas. Meskipun nabi Ilyasa’ sudah memperingati, tapi kaum Bani Israel tetap menyembah dan meminta pertolongan kepada berhala. Mereka sangat keras kepala dan juga terus melanjutkan tradisi lama mereka yang bertentangan dengan syariat.

Nabi Ilyasa’ Meminta Petunjuk kepada Allah SWT

Walaupun berbagai upaya dilakukan nabi Ilyasa’ untuk menyeru kaum Bani Israel, tetapi sebagian besar dari mereka tetap saja menolak kebenaran, sehingga nabi Ilyasa’ tidak punya pilihan, selain meminta petunjuk kepada Allah SWT dalam menghadapi mereka. Allah SWT akhirnya memberikan ujian kepada kaum Bani Israel yang tidak beriman, mereka kembali dilanda kekeringan. Meskipun begitu musibah itu tidak membuat mereka insyaf, bahkan sama sekali mereka tidak percaya kalau bencana kemarau itu diturunkan karena balasan perbuatan mereka. 

Kekeringan yang menimpa kaum Bani Israel tidak hanya sebentar tapi sangat berkepanjangan, sehingga mereka merasa kehausan dan kelaparan, bahkan bencana itu menyebabkan kematian bagi mereka, karena tidak sanggup lagi menahan akibat dari kekeringan itu sendiri. Daerah yang mereka tinggali juga hancur binasa sehancur-hancurnya, begitulah Allah SWT memusnahkan orang-orang yang musyrik. Adapun nabi Ilyasa’ dan pengikutnya yang beriman dikisahkan pergi hijrah berpindah tempat ke daerah lain.

Nabi Ilyasa’ Menjadi  Raja dan Pemimpin yang Bijaksana

Tidak lama setelah nabi Ilyasa’ dan kaum Bani Israel yang beriman berpindah ke Palestina, kehidupan mereka menjadi damai dan makmur. Nabi Ilyasa’ dikisahkan menjadi raja dan pemimpin tertinggi pada saat itu, beliau juga dikisahkan sangat arif dan bijaksana  dalam memimpin. Selama masa pemerintahannya nabi Ilyasa’ mampu mewujudkan masyarakat yang aman dan sejahtera. Beliau juga terus menuntun kaum Bani Israel dalam kebaikan, dan selalu mengingatkan agar mereka senantiasa beriman kepada Allah SWT. 

Untuk mengukuhkan keimanan kaumnya,  nabi Ilyasa’ diberi mukjizat dapat menghidupkan orang yang sudah meninggal, dengan izin Allah SWT. Sebagaimana Al-Qur’an menafsirkan dalam surah Al-An’am ayat 86:

وَاِ سْمٰعِيْلَ وَا لْيَسَعَ وَيُوْنُسَ وَلُوْطًا ۗ وَكُلًّا فَضَّلْنَا عَلَى الْعٰلَمِيْنَ 

Artinya: “Dan Ismail, Ilyasa’, Yunus, dan Luth. Masing-masing Kami lebihkan (derajatnya) di atas umat lain (pada masanya),”

Nabi Ilyasa’ Wafat

Menurut sejarah yang paling masyhur, nabi Ilyasa’ wafat kurang lebih saat usia 90 tahun dan dimakamkan di Palestina. Selama hidup nabi Ilyasa’, beliau tidak pernah memiliki anak kandung. Sehingga kerajaannya beliau wariskan kepada seseorang, yang mampu memenuhi kriteria yang telah ia syaratkan. Nabi Ilyasa’ menyampaikan niatnya melalui pengumuman.

Adapun syarat yang harus dipenuhi pewaris adalah, seseorang yang  mampu berpuasa pada siang hari dan beribadah di malam hari. Sedangkan tahta beliau akan diberikan kepada seseorang yang tidak pernah marah. Menurut satu pendapat nabi Ilyasa’ mewariskan tahta dan kerajaannya kepada nabi Zulkifli alaihissalam

Dalam kisah nabi Ilyasa’ banyak pelajaran dan nilai mengandung keteladanan yang harus kita contoh, diantaranya:

1. Harus kita tanamkan dalam diri masing-masing, agar sikap berusaha dan pantang menyerah. Sebagaimana perjuangan nabi Ilyasa’ meskipun awalnya dakwah beliau ditolak kaum Bani Israel, tapi berkat kegigihannya masih banyak lagi umat yang meyakini beliau sehingga beriman kepada Allah SWT.

2. Harus mencontoh cara kepemimpinan nabi Ilyasa’. Karena seorang atasan apabila mampu memimpin dengan baik dan bijaksana, maka kehidupan masyarakatnya juga pasti akan tentram dan rukun.

3. Tidak menjadi hamba yang sombong dan pembangkang. Kita harus mengambil pelajaran dari kisah Bani Israel yang ingkar, karena kekufuran dan kesombongan mengakibatkan malapetaka dan kehancuran bagi mereka sendiri.

Wallahu a’lam