Kisah Nabi Ayyub alaihissalaam

Nama nabi Ayyub disebut dalam Al-Qur’an sebanyak 4 kali, yaitu surah An-Nisa‘ 163, surah Al-An’am Ayat 84, surah  Al-Anbiya ayat 83-84, surah Sad ayat 41-44.

Kehidupan dan Kepribadian Nabi Ayyub

Keluarga Tsirwah yang dirahmati Allah subhaanahu wata’ala, mengenai kerasulan nabi Ayyub telah disebutkan dalam Al-Qur’an, bahkan  Allah Subhanahu Wa Ta’ala langsung yang berfirman dengan nabi kita Muhammad Shalallahu alaihi wassalam, sebagaimana dalam surah An-Nisa’ ayat 163:

اِنَّاۤ اَوْحَيْنَاۤ اِلَيْكَ كَمَاۤ اَوْحَيْنَاۤ اِلٰى نُوْحٍ وَّا لنَّبِيّٖنَ مِنْۢ بَعْدِهٖ ۚ وَاَ وْحَيْنَاۤ اِلٰۤى اِبْرٰهِيْمَ وَاِ سْمٰعِيْلَ وَاِ سْحٰقَ وَيَعْقُوْبَ وَا لْاَ سْبَا طِ وَعِيْسٰى وَاَ يُّوْبَ وَيُوْنُسَ وَهٰرُوْنَ وَسُلَيْمٰنَ ۚ وَاٰ تَيْنَا دَاوٗدَ زَبُوْرًا 

Artinya: “Sesungguhnya Kami mewahyukan kepadamu (Muhammad) sebagaimana Kami telah mewahyukan kepada Nuh dan nabi-nabi setelahnya, dan Kami telah mewahyukan (pula) kepada Ibrahim, lsmail, Ishaq, Ya’qub dan anak cucunya; ‘Isa, Ayyub, Yunus, Harun, dan Sulaiman. Dan Kami telah memberikan Kitab Zabur kepada Daud.”

Menurut ulama tafsir dan sejarah, hidup nabi Ayyub awalnya sangat makmur dan sejahtera, ia merupakan seseorang yang sangat kaya raya. Beliau memiliki harta yang berlimpah seperti tanah yang luas, pertanian yang subur dan hewan ternak yang banyak. Selain itu, nabi Ayyub juga memiliki istri penyabar serta dikaruniai anak yang banyak dan juga memiliki hamba sahaya, sehingga kehidupan beliau terlihat sempurna dan bahagiaNabi Ayyub memiliki akhlak mulia yang kepribadiannya sangat takwa, punya sikap dermawan yang suka menolong, ia sangat menyayangi orang-orang yang menderita terlebih para faqir miskin dan anak yatim, ia juga sangat menghormati tamu.

Meskipun beliau hidup serba berkecukupan namun tidak membuatnya jadi orang sombong. Harta yang dimilikinya selalu digunakan untuk membantu orang lain dan bersedekah, bahkan kekayaannya ia jadikan sebagai wasilah untuk bertakwa kepada Allah SWT. Nabi Ayyub bersama Istrinya Rahmah binti Afraim bin Yusuf As. beserta anak-anaknya tinggal di wilayah Hauran, yang lebih dikenal dengan Syiria atau negeri Syam. Nabi Ayyub dan keluarganya hidup dengan sangat bahagia, pada saat itu beliau adalah satu-satunya  raja dan orang terkaya.

Namun, beliau tetap rendah hati, tidak lupa bersyukur dan selalu mengagungkan nama Allah SWT. Para malaikat di langit selalu membicarakan nabi Ayyub, sebab mengagumi ketaatan dan keikhlasan beliau dalam beribadah kepada Allah SWT. Sampai-sampai iblis yang mendengar dan mengetahui hal itu merasa iri, sehingga ingin menjerumuskan nabi Ayyub agar menjadi orang yang tidak sabar dan celaka. 

Iblis Meminta Izin Kepada Allah Untuk Menggoda Nabi Ayyub

Setelah iblis mengetahui ketakwaan nabi Ayyub yang luar biasa, iblispun bermuslihat menggoda nabi Ayyub dengan berbagai cara. Pertama ia mencoba sendiri menghasut nabi Ayyub agar tersesat dan tak mau bersyukur kepada Allah SWT. Namun ia gagal, ternyata ketakwaan nabi Ayyub sama sekali tidak mampu ia goyahkan. Hingga akhirnya iblis menghadap Allah SWT dan meminta izin kepada-Nya untuk menggoda nabi Ayyub. Iblis berkata, “wahai Tuhan, sesungguhnya Ayyub yang senantiasa patuh dan berbakti menyembah-Mu, senantiasa memuja-Mu, itu semua hanyalah karena takut kehilangan kenikmatan yang telah engkau berikan kepadanya. Semua ibadah yang ia lakukan tidak ikhlas dan bukan karena cinta dan taat kepada-Mu. Andaikan Ayyub terkena musibah dan kehilangan harta benda, anak-anak dan istrinya, maka belum tentu Ayyub akan taat dan tetap ikhlas menyembah-Mu.”

Allah SWT berfirman kepada iblis: “Sesungguhnya Ayyub adalah hambaku yang sangat taat kepadaku, ia seorang mukmin yang sejati. Apa yang ia lakukan untuk mendekatkan diri kepadaku adalah semata-mata didorong iman yang teguh dan takwa yang kuat kepadaku. Imam dan takwa Ayyub takkan tergoyahkan oleh perubahan keadaan duniawi. Cintanya kepadaku tidak akan menurun dan berkurang, walau ditimpa musibah apapun yang melanda dirinya dan hartanya. Ia yakin bahwa apapun yang ia miliki adalah bentuk pemberianku, yang sewaktu-waktu dapat Aku cabut dari padanya. Ia tidak seperti prasangka mu dan tuduhanmu, hanya kau tidak rela bahwa hamba-hamba-Ku anak cucu Adam berada di atas jalan yang lurus. Untuk menguji keteguhan hati Ayyub dan keyakinannya pada takdir-Ku, Kuizinkan kau menggoda dan memalingkan Ayyub dari-ku jika engkau mampu.” Iblispun dengan senang hati bersama kelompoknya menggoda nabi Ayyub.

Ujian yang Menimpa Nabi Ayyub

Walaupun nabi Ayyub hidup dengan penuh ketaatan dan tidak pernah kufur nikmat, tapi Allah SWT tetap memberi ujian kepada beliau dengan berbagai jenis cobaan. Allah  telah mengizinkan Iblis untuk menjadi dalang dibalik musibah yang akan menimpa nabi Ayyub. Satu persatu kekayaan dan kebahagian nabi Ayyub diambil, dengan jalan yang tidak disangka-sangka. Awalnya beliau diuji melalui hewan ternaknya, pada suatu hari datanglah angin badai yang menghantam perkebunan dan tanaman nabi Ayyub sampai hancur. Hewan peliharaannya seketika mati diserang bala penyakit, sampai tidak ada satupun yang tersisa. Iblis mengira setelah kejadian itu, nabi Ayyub akan berkeluh kesah. Nyatanya tidak, nabi Ayyub tetap bersyukur kepada Allah SWT dan lebih rajin beribadah, ujian yang menimpanya itu tidak sedikitpun mengurangi ketakwaannya.

Setelah kekayaan nabi Ayyub kandas Allah SWT kembali mengujinya, tidak berselang lama putra-putri tercinta mereka semuanya meninggal dunia, sehingga nabi Ayyub dan istrinya merasa sedih. Namun, nabi Ayyub senantiasa bersabar dan tetap tabah bahkan semakin taat kepada Allah SWT. 

Musibah yang diterima nabi Ayyub belum berakhir, setelah kehilangan harta dan anak, beliau diberi cobaan yang lebih parah lagi. Iblis menaburkan sesuatu di sekujur tubuh nabi Ayyub, hingga fisik nabi Ayyub terkena penyakit kulit ganas yang lebih berat dari sakit kusta. Penyakit yang dialaminya tidak pernah diberikan kepada orang-orang sebelum dan sesudahnya. Rambut nabi Ayyub seluruhnya rontok, kulitnya terkelupas sampai terpisah dari badannya, bahkan satupun anggota tubuhnya tidak ada yang sehat selain hati dan lidah. Nabi Ayyub terlihat sangat menjijikan sampai-sampai ia diusir oleh para tetangganya bahkan keluarganya, sebab mereka takut ketularan dari penyakitnya. Hanya istri beliau yang bernama Rahmah yang setia mendampinginya, mereka pergi ke suatu tempat  yang sepi dari manusia.

Nabi Ayyub Menyumpahi Istrinya

Setelalah nabi Ayyub dan istrinya kehabisan bekal di tempat pengungsian, bahkan sedikitpun dari harta mereka tidak ada lagi yang tetsisa, sehingga terpaksalah Rahmah bekerja di pabrik roti untuk mencukupi kebutuhan mereka. Ia pergi pagi untuk bekerja dan sorenya pulang ke tempat pengasingan mereka untuk merawat nabi Ayyub. begitulah ia menjalani rutinitasnya sehari-hari, namun lama-kelamaan majikan tempat bekerjanya mengetahui, bahwa dirinya adalah istri nabi Ayyub yang penyakitan. Hingga ia akhirnya diberhentikan dari pekerjaannya, karena majikannya menghawatirkan ia akan menularkan penyakit nabi Ayyub itu.

Rahmah yang setia masih memikirkan nabi Ayyub, ia meminta kepada majikannya agar memberinya  hutang roti. Awalnya majikannya menolak, namun Rahmah memohon dengan berbagai cara, hingga akhirnya majikannya mau memberinya roti tapi dengan syarat Rahmah harus memotong gelung rambutnya yang panjang. Mendengar hal itu Rahmah merasa dilema, karena gelungan rambutnya itu sangat disukai suaminya, tapi kalau dia menolak maka ia tidak bisa membawa roti untuk bekalnya dan nabi Ayyub ditempat pengungsian mereka. Hingga akhirnya meskipun dengan berat hati Rahmah menyetujui permintaan majikannya.

Di tempat lain nabi Ayyub menunggu kepulangan Rahmah, biasanya istrinya kembali selalu dengan tepat waktu. Nabi Ayyub tidak mengetahui penyebab keterlambatan Rahmah, beliau menyangka bahwa istrinya telah menyeleweng dan akan meningalkannya. Nabi Ayyub kecewa kepada istrinya karena beliau mengira, bahwa Rahmah telah terhasud oleh bujukan iblis, sampai akhirnya nabi Ayyub bersumpah setelah ia sembuh akan memukul istrinya seratus kali.

Kesabaran Nabi Ayyub

Nabi Ayyub dijuluki salah satu rasul yang memiliki kesabaran yang tinggi, sampai kesabarannya disebutkan dalam Al-Qur’an. Meskipun dengan ujian yang bertubi-tubi, nabi Ayyub tetap bersyukur dan tidak lupa setiap saat berdzikir kepada Allah SWT. Beliau juga tetap sabar dan  senantiasa berhusnudzon kepada Allah, atas musibah yang dialaminya. Penyakit yang menimpa dirinya sangat lama, dalam satu riwayat beliau menjalani ujian selama 18 tahun. Walaupun demikian,  beliau tidak pernah mengeluh dan tidak pernah mempertanyakannya kepada Allah, kenapa dia harus diuji  seberat itu. Nabi Ayyub tetap menikmati cobaan yang dihadapinya dan terus berdo’a serta  beribadah kepada Allah SWT.  

Kesembuhan Nabi Ayyub

Hari demi hari pun berganti sampailah umur nabi Ayyub tujuh puluh tahun. Berkat dari kesabarannya, ketabahannya dan juga keteguhan imannya dalam menghadapi segala musibah, Allah SWT menerima do’a nabi Ayyub serta mengakhiri cobaannya.  Allah mendatangkan mata air di dekat tempat tinggal nabi Ayyub sebagai obat penyakitnya. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surah Sad ayat 41-42:

وَا ذْكُرْ عَبْدَنَاۤ اَيُّوْبَ ۘ اِذْ نَا دٰى رَبَّهٗۤ اَنِّيْ مَسَّنِيَ الشَّيْطٰنُ بِنُصْبٍ وَّعَذَا بٍ. اُرْكُضْ بِرِجْلِكَ ۚ هٰذَا مُغْتَسَلٌۢ بَا رِدٌ وَّشَرَا بٌ.

Artinya: “Dan ingatlah akan hamba Kami Ayyub ketika dia menyeru Tuhannya, “Sesungguhnya aku diganggu setan dengan penderitaan dan bencana”. (Allah berfirman), “Hentakkanlah kakimu; inilah air yang sejuk untuk mandi dan untuk minum.”

Setelah tubuh nabi Ayyub sembuh dan kembali sehat seperti semula, Allah SWT juga menghilangkan kesusahan nabi Ayyub dan mengembalikan kekayaaan dan keluarganya.  Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Qur’an  surah  Al-Anbiya ayat 83-84:

وَاَ يُّوْبَ اِذْ نَا دٰى رَبَّهٗۤ اَنِّيْ مَسَّنِيَ الضُّرُّ وَاَ نْتَ اَرْحَمُ الرّٰحِمِيْنَ.

فَا سْتَجَبْنَا لَهٗ فَكَشَفْنَا مَا بِهٖ مِنْ ضُرٍّ وَّاٰتَيْنٰهُ اَهْلَهٗ وَمِثْلَهُمْ مَّعَهُمْ رَحْمَةً مِّنْ عِنْدِنَا وَذِكْرٰى لِلْعٰبِدِيْنَ

Artinya: “dan (ingatlah kisah) Ayyub, ketika dia berdoa kepada Tuhannya, “(Ya Tuhanku), sungguh, aku telah ditimpa penyakit, padahal Engkau Tuhan Yang Maha Penyayang dari semua yang penyayang. Maka Kami kabulkan (doa)nya lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada padanya dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan (Kami lipat gandakan jumlah mereka) sebagai suatu rahmat dari Kami, dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Kami.”

Pembatalan Sumpah

Setelah penyakit nabi Ayyub sembuh dan ia sudah kembali sehat, istrinya Rahmah pun pulang  kehadapannnya. Melihat hal itu, Nabi Ayyub merasa senang dan ia juga menceritakan sumpah yang telah diniatkannya pada istrinya. Rahmah sama sekali tidak keberatan, ia malah mendukung nabi Ayyub agar melaksanakan sumpah tersebut kepada dirinya. Namun, nabi Ayyub tidak tega untuk memukul istrinya yang telah merawatnya sepenuh hati dengan seratus kali pukulan.  Berhubung istrinya termasuk seseorang yang sabar dan juga baik dalam melayani nabi Ayyub, maka Allah SWT memberi solusi yang terbaik atas sumpah nabi Ayyub. 

Allah SWT mewahyukan nabi Ayyub untuk mengambil seikat rumput yang berjumlah 100 buah lalu diikat menjadi satu. Kemudian ia cukup memukul istrinya dengan sekali pukulan saja, dengan menggunakan seikat rumput yang berjumlah 100 buah tadi. Riwayat lain menyebutkan seikat lidi yang berjumlah 100 buah. Dengan demikian tertunaikanlah sumpah nabi Ayyub. Sebagaimana dikisahkan dalam Al-Qur’an pada surah Sad ayat 44:

وَخُذْ بِيَدِكَ ضِغْثًا فَا ضْرِبْ بِّهٖ وَلَا تَحْنَثْ ۗ اِنَّا وَجَدْنٰهُ صَا بِرًا ۗ نِعْمَ الْعَبْدُ ۗ اِنَّـهٗۤ اَوَّا بٌ

Artinya: “Dan ambillah seikat (rumput) dengan tanganmu, lalu pukullah dengan itu dan janganlah engkau melanggar sumpah. Sesungguhnya Kami dapati dia (Ayyub) seorang yang sabar. Dialah sebaik-baik hamba. Sungguh, dia sangat taat (kepada Allah).”

Banyak pelajaran yang bisa diambil hikmahnya dari kisah Nabi Ayyub, diantaranya:

1. Selalu bersyukur dan taat kepada Allah di kala kaya maupun miskin.

2. Senantiasa sabar dan tabah dalam menghadapi setiap cobaan yang diberikan Allah SWT.

3. Selalu berserah diri dan berdoa kepada Allah semata.

4. Tetap menepati janji atau sumpah yang pernah diucapkan meskipun berat untuk melaksanakannya.

5. Harus ikhlas menjalani takdir yang Allah SWT berikan dan tidak boleh berhusnudzon kepada-Nya.

Wallahu a’lam