Kisah Nabi Ibrahim alaihissalaam

Nama nabi Ibrahim disebutkan sebanyak 69 kali. Allah mengisahkan tentang nabi Ibrahim dan kaumnya dalam banyak ayat diantaranya: Al-Qur’an surah Al-An’am ayat 75-83, Al-Anbiya’ ayat 51-70, Al-Ankabut ayat 16-27, Al-Baqarah ayat 124-141, Ibrahim ayat 35-41, Ash-Shafat ayat 99-113, Hud ayat 69-73, dan Al-Hajj ayat 26-27.  An-Nahl ayat 123.

Kondisi Masyarakat 

Keluarga Tsirwah yang dirahmati Allah subhanahu wa ta’ala, Keluarga Tsirwah, Nabi Ibrahim dilahirkan pada masa pemerintahan raja Namrud yang perkasa, ia seorang penyembah berhala dan ia mengakui dirinya sebagai tuhan yang harus disembah. Para ahli menyebutkan, kekuasaan Namrud berlangsung selama 400 tahun. Ia bertindak semena-mena dan melampaui batas, serta lebih mementingkan kehidupan dunia. 

Pada masa itu bangsa Babilonia menyembah banyak dewa. Begitu pula tempat hijrah nabi Ibrahim di negeri Syam yang dulunya bernama Kana’an. Mereka menyembah tujuh bintang, mereka menghadap ke arah kutub selatan, dengan berbagai macam ritual gerakan maupun ucapan. Mereka selalu mengadakan hari-hari besar dan kurban untuk bintang-bintang yang mereka sembah.

Nabi Ibrahim Memulai Dakwah kepada Ayahnya

Pihak yang paling pertama didakwahi oleh nabi Ibrahim adalah ayahnya sendiri. Karena ayah nabi Ibrahim (Azar) seorang pembuat patung berhala. Patung-patung itu juga dijual kepada penduduk sekitar untuk menjadi sembahan mereka. Allah mengilhamkan pemahaman kepada nabi Ibrahim bahwa menyembah patung-patung adalah kesesatan yang nyata.

Sebagai seorang anak, nabi Ibrahim berdakwah kepada ayahnya dengan penuh kasih sayang, bahasa yang digunakan sangat santun. Dia mengawali dakwahnya dengan menjelaskan kebatilan perbuatan tersebut, yaitu bahwa berhala tidak dapat mendengar dan melihat sedikitpun. Dakwah nabi Ibrahim kepada ayahnya sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an surah Maryam ayat 41-43 yang berbunyi:

وَاذْكُرْ فِى الْكِتٰبِ اِبْرٰهِيْمَ ەۗ اِنَّهٗ كَانَ صِدِّيْقًا نَّبِيًّا (41) اِذْ قَالَ لِاَبِيْهِ يٰٓاَبَتِ لِمَ تَعْبُدُ مَا لَا يَسْمَعُ وَلَا يُبْصِرُ وَلَا يُغْنِيْ عَنْكَ شَيْـًٔا (42) يٰٓاَبَتِ اِنِّيْ قَدْ جَاۤءَنِيْ مِنَ الْعِلْمِ مَا لَمْ يَأْتِكَ فَاتَّبِعْنِيْٓ اَهْدِكَ صِرَاطًا سَوِيًّا (43)    

Artinya: “Ceritakanlah (Nabi Muhammad, kisah) Ibrahim di dalam Kitab (Al-Qur’an)! Sesungguhnya dia adalah seorang yang sangat benar dan membenarkan lagi seorang nabi (41). Ketika dia (Ibrahim) berkata kepada bapaknya, “Wahai Bapakku, mengapa engkau menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat, dan tidak pula bermanfaat kepadamu sedikit pun? (42) Wahai Bapakku, sesungguhnya telah datang kepadaku sebagian ilmu yang tidak datang kepadamu. Ikutilah aku, niscaya aku tunjukkan kepadamu jalan yang lurus (43).”

Akan tetapi nasehat yang lemah lembut dan dalil yang kuat tidak membuat sang ayah menerima dakwahnya. Justru dia balik mengancam anaknya jika tidak berhenti mendakwahinya. Mendapat perlakukan kasar dari ayahnya, nabi Ibrahim tidak merubah sikap lembut terhadapnya. Bahkan dia akan memintakan ampunan kepada Allah subhanahu wa ta’ala untuk sang ayah.

Usaha nabi Ibrahim berakhir sia-sia, karena ayahnya bukanlah orang yang mendapat hidayah dari Allah subhanahu wa ta’ala. Oleh karena itu, ketika jelas sikap permusuhan ayahnya terhadap dakwah yang disampaikannya, beliau pun berlepas diri darinya.

Nabi Ibrahim Menentang Peribadatan Terhadap Berhala

Nabi Ibrahim mengingkari penyembahan berhala yang dilakukan kaumnya, ia menjelaskan kepada mereka kehinaan dan kekerdilan berhala. Nabi Ibrahim mengatakan kepada mereka bahwa berhala yang disembah tidak dapat mendengar orang yang memohon, tidak bisa memberi manfaat ataupun menolak mara bahaya sedikit pun. Hal itu merupakan bukti nyata atas kebatilan ketuhanan berhala-berhala yang mereka klaim. 

Nabi Ibrahim mencela semua berhala yang mereka sembah. Seandainya berhala-berhala dapat menimpakan bahaya, tentu sudah membahayakan nabi Ibrahim atau seandainya bisa memberikan pengaruh, tentu nabi Ibrahim sudah terkena imbasnya. Sebenarnya mereka menerima penjelasan nabi  Ibrahim. 

Namun, mereka tetap saja menyembahnya karena mengikuti jejak para pendahulu. Nabi Ibrahim bersumpah dalam hati akan menghancurkan patung-patung berhala itu untuk membuktikan kesalahan mereka.

Nabi Ibrahim Menghancurkan Berhala

Kaum nabi Ibrahim memiliki hari besar yang biasa mereka hadiri setiap tahunnya di luar perkampungan. Setelah semuanya pergi ke luar perkampungan menuju perayaan tersebut, nabi Ibrahim tetap ada di sana. Nabi Ibrahim pun pergi menuju tempat berhala-berhala itu secara diam-diam. Nabi Ibrahim mendapati semua berhala dihiasi dengan amat indah dan menawan. Dihadapan berhala itu mereka memberikan berbagai macam makanan sebagai kurban. 

Nabi Ibrahim mengambil kapak lalu menghancurkan patung-patung itu, dia hanya menyisakan sebuah patung yang paling besar dan mengalungkan kapaknya pada leher patung tersebut. Ketika kaumnya kembali dari luar kota mereka melihat patung berhala hancur, sontak mereka kaget dan gempar. Semua orang bergegas menuju tempat pemujaan berhala terutama para pemuka kaum. Mereka menduga bahwa pelakunya tidak lain adalah Ibrahim. Maka nabi Ibrahim digiring ke hadapan para pemuka kaumnya.

Nabi Ibrahim Tidak Terbakar Api

Mereka memberitahu Namrud, maka raja Namrud pun menyuruh mereka untuk menghadirkan nabi Ibrahim. Ketika ia hadir di hadapan Namrud, berkatalah Namrud kepadanya: “Engkaukah yang telah melakukan hal ini terhadap tuhan-tuhan kami, hai Ibrahim?” Ibrahim menjawab: “Bukan, akan tetapi berhala yang terbesar di antara mereka inilah yang melakukannya, maka tanyakanlah kepada mereka, jika mereka bisa berbicara.”

Tatkala ia memperhatikan bahwa mereka telah diliputi kebodohan, Ibrahim berkata: “Celakalah kalian dan berhala-berhala yang kamu sembah selain Allah, tidakkah kalian berpikir?.” Ketika mendengar itu tahulah mereka jika pelakunya adalah Ibrahim. Pemuka-pemuka kaum nabi Ibrahim pun berunding untuk menghukumnya, beberapa orang mengusulkan untuk membakar Ibrahim hidup-hidup maka penguasa waktu itu yaitu raja Namrud memerintahkan mereka untuk membuat bangunan di tengah lapang sebagai tempat pembakaran nabi Ibrahim agar bisa disaksikan orang banyak. 

Maka mereka mengumpulkan kayu selama tiga bulan hingga menumpuk seperti gunung. Mereka membuat manjaniq (semacam meriam) dan meletakkan nabi Ibrahim di dalamnya dengan posisi terikat lalu melontarkannya ke dalam api. Ketika itu nabi Ibrahim membaca doa sebagaimana dijelaskan dalam hadits yang berbunyi:

حَدَّثَنَا مَالِكُ بْنُ إِسْمَاعِيلَ حَدَّثَنَا إِسْرَائِيلُ عَنْ أَبِي حَصِينٍ عَنْ أَبِي الضُّحَى عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ كَانَ آخِرَ قَوْلِ إِبْرَاهِيمَ حِينَ أُلْقِيَ فِي النَّارِ حَسْبِيَ اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ

Artinya: “Telah menceritakan kepada kami Malik bin Ismail, telah menceritakan kepada kami Israil dari Abu Hashin dari Abu Adl Dhuha dari Ibnu ‘Abbas berkata, “Perkataan terakhir yang diucapkan Ibrahim ketika dia dilemparkan ke api adalah, “Cukuplah Allah bagiku sebagai sebaik-baik pelindung,”(HR. Bukhori).

Ketika itu pula Allah memberikan kemuliaan kepada nabi Ibrahim dengan memerintahkan api menjadi dingin dan memberi keselamatan kepadanya.

Perdebatan Nabi Ibrahim dengan Raja Namrud

Perdebatan antara nabi Ibrahim dan Namrud terjadi pada hari setelah nabi Ibrahim keluar dari kobaran api. Nabi Ibrahim mendatangi Namrud dan langsung menjelaskan tentang kebesaran Allah subhanahu wa ta’ala yang dapat menghidupkan dan mematikan. Namun, dengan kesombongannya Namrud juga mengaku bahwa dirinya pun dapat melakukan hal yang sama. 

Sebagai buktinya, Namrud mendatangkan dua orang yang telah divonis mati, kemudian dia memerintahkan salah satunya untuk dibunuh dan yang satunya lagi dimaafkan. Seakan-akan dengan begitu dia dapat menghidupkan yang satu dan mematikan yang lain. Sebenarnya apa yang dilakukan Namrud tidak sesuai konteks pembicaraan nabi Ibrahim. 

Namun karena kekeliruan argumen si raja dungu ini, mungkin tidak dipahami banyak orang yang hadir ataupun yang lain, nabi Ibrahim menyebutkan dalil lain bahwa Allah subhanahu wa ta’ala menerbitkan matahari dari timur. Maka, untuk membuktikan pengakuan Namrud selama ini, nabi Ibrahim memintanya untuk menerbitkan matahari dari barat. Namrud pun tidak bisa menjawab kata-kata nabi Ibrahim lagi, ia terdiam seribu bahasa.

Pasir yang Berubah Menjadi Makanan

Namrud memiliki persediaan makanan, orang-orang biasa datang menemuinya untuk meminta perbekalan makanan. Nabi Ibrahim datang bersama yang lain untuk mengambil perbekalan makanan. Sebelumnya, nabi Ibrahim belum pernah bertemu Namrud. Saat itulah terjadi perdebatan. Namrud tidak memberikan makanan kepada Ibrahim seperti yang diberikan pada yang lain.

Nabi Ibrahim keluar tanpa membawa makanan apa pun. Setelah berada di dekat rumah, nabi Ibrahim menghampiri sebuah gundukan pasir, lalu memenuhi kedua ranselnya dengan pasir. Saat tiba di rumah, nabi Ibrahim meletakkan barang-barang bawaan, ia bersandar lalu tidur. Istrinya Sarah, bangun menghampiri kedua ransel bawaan nabi Ibrahim, Sarah mendapati keduanya penuh dengan makanan enak. 

Sarah kemudian membuatkan makanan. Setelah nabi Ibrahim bangun, ia melihat barang-barang bawaannya sudah dibenahi. Nabi Ibrahim kemudian bertanya, “Dari mana kalian mendapatkan makanan ini?” Sarah menjawab, “Dari makanan yang kau bawa.” NabiIbrahim akhirnya mengetahui itu adalah rezeki yang diberikan Allah kepada mereka.

Hijrah ke Syam, Mesir, Hingga Menetap di Baitul Maqdis

Nabi Ibrahim pergi meninggalkan bumi Babilonia atas perintah Allah subhanahu wa ta’ala beliau menuju Syam atau Palestina bersama keponakannya Luth, saudaranya Nahur, istrinya Sarah, dan istri saudaranya Malik. Menurut riwayat yang masyhur, Sarah adalah saudara sepupu nabi Ibrahim, putri pamannya Haran. Namun negeri Syam ditimpa bencana hebat berupa bencana yang mengancam terjadinya kelaparan, maka penghuninya banyak yang pindah mencari rezeki, termasuk nabi lbrahim pergi menuju Mesir bersama bunda Sarah

Di negeri Mesir, ada seorang raja yang zalim yang menyukai wanita-wanita cantik untuk dijadikan selir-selirnya, tidak peduli wanita itu bersuami atau tidak bila wanita itu bersuami maka suaminya akan dibunuh. Ketika nabi Ibrahim masuk ke negeri tersebut, informasi kedatangannya sampai ke telinga sang raja dan ada yang memberitahukan sang raja bahwa ada seorang laki-laki masuk di perkampungan bersama wanita yang sangat cantik. Kemudian sang raja mengirim utusan untuk memanggil nabi Ibrahim, kemudian sang raja menanyakan tentang wanita tersebut, nabi Ibrahim mengatakan bahwa Sarah adalah saudarinya. 

Nabi Ibrahim mengetahui bahwa raja Mesir bermaksud buruk kepada Sarah yang cantik maka nabi Ibrahim berbohong bahwa beliau adalah saudara Sarah supaya tidak dibunuh oleh raja. Setelah pulang menemui Sarah, Ibrahim menuturkan, “Raja itu menanyakan tentangmu padaku, lalu aku berkata, bahwa kau saudariku, karena saat ini tidak ada seorang muslim pun selain aku dan kamu, dan kau adalah saudariku, maka jangan kau dustakan aku di hadapannya.”

Utusan raja kemudian datang bersama Sarah. Saat raja hendak meraih Sarah, si raja tertimpa petaka. Ia berkata, “Berdoalah kepada Allah untuk kesembuhanku, aku berjanji tidak akan menyakitimu.” Sarah kemudian berdoa kepada Allah, raja itu pun terlepas dari petaka yang menimpa. Namun raja kembali meraih Sarah sama seperti sebelumnya bahkan lebih keras, raja kembali tertimpa petaka. 

Ia berkata, “Berdoalah kepada Allah untuk kesembuhanku, aku berjanji tidak akan menyakitimu.” Sarah kemudian berdoa kepada Allah, raja itu pun terlepas dari petaka yang menimpa. Hal itu terjadi sampai tiga kali. Raja kemudian memanggil salah seorang ajudannya yang terdekat, raja berkata, “Yang kau bawa kepadaku bukan manusia, tapi setan. Keluarkan dia dan berikan Hajar padanya.”

Sarah datang saat nabi Ibrahim sedang sholat. Saat melihat kedatangannya, Ibrahim menyelesaikan sholat lalu berkata, “Ada berita apa?” Sarah menjawab, “Allah melindungiku dari tipu daya orang lalim, dan menghadiahkan Hajar padaku sebagai seorang pelayan.” Nabi Ibrahim tinggal beberapa lama di Mesir, namun ternyata bumi Mesir juga bukan tempat yang baik untuk perkembangan dakwah maka Allah memerintahkannya untuk hijrah kembali ke Baitul Maqdis.

Kelahiran Nabi Ismail 

Sekian puluh tahun berkeluarga nabi Ibrahim belum dikaruniai anak meskipun tak henti-henti beliau berdoa memohon keturunan. Menyadari dirinya ternyata mandul dan semakin tua, Sarah  pun meminta nabi Ibrahim untuk menikahi Hajar, pelayan mereka yang salehah dan setia. Dari perkawinan nabi Ibrahim dan Hajar lahirlah Ismail, ternyata kebahagiaan nabi Ibrahim dan Hajar membuat tidak nyaman pikiran Sarah. 

Teringat akan dirinya yang mandul membuat pilu hati beliau. Nabi Ibrahim menyadari dan memahami situasi ini, Allah pun memerintahkan beliau untuk menempatkan Ismail dan ibunya terpisah dari Sarah. Suatu hari nabi Ibrahim menyuruh bunda Hajar untuk berkemas-kemas, mereka akan mengadakan perjalanan jauh, Ismail yang masih menyusu pada ibunya tentu dibawa pula, mereka melintasi rute yang panjang dan akhirnya sampailah di sebuah tempat yang kini dikenal bernama Makkah. 

Tempat tersebut gersang, tidak ada pohon-pohon dan tempat bernaung, udaranya pun panas yang ada hanyalah hamparan pasir dan bukit-bukit berbatu. Saat itu di Makkah tidak ada seorang pun yang tinggal, juga tidak ada sumber mata air. 

Nabi Ibrahim turun dari kendaraannya kemudian menurunkan istri dan anaknya tanpa berkata apa-apa beberapa saat kemudian beliau beranjak dan pergi meninggalkan keluarganya. 

Namun ketika dia hendak membalikkan punggungnya, Hajar bangkit sambil memegangi bajunya seraya berkata, “Wahai Ibrahim, engkau akan pergi ke mana meninggalkan kami di sini, padahal kami tidak memiliki perbekalan yang cukup?” Nabi Ibrahim tidak menjawab ia hanya menunduk dan terus berjalan. Setelah desakan pertanyaannya tidak juga dijawab, Sarah kembali bertanya, “Apakah Allah yang memerintahkanmu demikian?” Beliau menjawab, “Ya.” Maka Hajar pun berkata, “Kalau begitu aku yakin Allah tidak akan menyia-nyiakan kami.”

Ibunda hajar begitu sabar dan ridho pada keputusan Allah. Nabi Ibrahim sebenarnya tidak tega meninggalkan keluarganya di tempat terpencil dan gersang itu tetapi keyakinan akan kebenaran Allah dan kemurahan Allah menjadikan beliau mematuhi perintah yang sulit ini dengan berlinang air mata beliau berdoa sebelum kembali ke Palestina “Tuhanku aku telah menempatkan keluargaku di tempat gersang ini di dekat rumahmu Ka’bah mudah-mudahan mereka menegakkan sholat dan jadikanlah hati manusia senang kepada mereka dan berikanlah mereka rezeki buah-buahan supaya mereka bersyukur.” 

Awal Mula Sumur Zam-Zam

Hajar kemudian menyusui Ismail dan meminum air yang diberikan Ibrahim. Setelah persediaan air habis, Hajar kehausan, begitu pula anaknya. Hajar kemudian menatap anaknya yang tengah berbaring karena tidak tega melihat anaknya ia pun pergi mencari air. Ia melihat bukit paling dekat di sekitarnya adalah bukit Shafa. Ia kemudian berdiri di puncak bukit Shafa dan melihat ke sana kemari apakah ada seseorang, namun ia tidak melihat siapa pun. 

Ia kemudian turun dari Shafa, setelah tiba di perut lembah, ia melipat pakaian hingga sebatas lengan, kemudian berlari-lari kecil layaknya orang yang sudah keletihan. Setelah melalui lembah tersebut, ia menghampiri bukit Marwah, lalu berdiri di puncaknya, di sana ia melihat apakah ada seseorang, namun ia tidak melihat siapa pun. Hajar melakukan hal itu sebanyak tujuh kali. Ketika ia berada dia atas Marwah, ia mendengar suara.

Kemudian ia mendengarkan lagi dengan seksama. Ia pun berkata, “Setelah aku dengarkan tampaknya di sampingmu (Ismail) ada penolong.” Ternyata penolong itu adalah malaikat. Lalu malaikat itu mengais dengan tumit, atau dengan sayapnya, hingga keluarlah air. Hajar menjaga air tersebut dengan tangannya lalu ia menciduknya dan memasukkannya ke tempat minum, sedangkan air itu terus memancar. 

Kemudian Hajar minum air itu lalu menyusui anaknya. Sang malaikat berkata kepadanya, “Jangan takut disia-siakan,di sini adalah rumah Allah (Baitullah) yang akan dibangun oleh anak ini dengan ayahnya, dan sungguh Allah tidak akan menyia-nyiakan hamba yang dekat kepada-Nya.” Dahulunya Baitullah adalah bangunan yang tinggi di atas bukit kecil. Kemudian dihempaskan oleh banjir sehingga rusak kanan kirinya.

Hajar terus berada di tempat itu hingga ada rombongan dari suku Jurhum atau salah satu keluarga dari mereka melewati tempat tersebut. Ketika singgah di sekitar tempat tersebut, mereka melihat ada burung terbang mencari air, maka mereka berkata, “Burung itu pasti berputar-putar di atas air, padahal sepengetahuan kami, di lembah ini tidak ada air.” Lalu mereka mengutus seorang atau dua orang utusan. Ternyata mereka mendapatkan air. Utusan itu kembali dan memberitahukan bahwa di sana ada air, lalu mereka mendatangi tempat itu. Hingga akhirnya semuanya tinggal bersama-sama di sana sampai beranak pinak.

Penyembelihan Ismail

Ismail tumbuh menjadi anak yang tampan santun dan sabar. Suatu ketika nabi Ibrahim mengunjungi keluarganya di Makkah. Setelah beberapa lama tinggal di sana, pada suatu malam beliau bermimpi menyembelih Ismail, nabi Ibrahim termangu-mangu memikirkan mimpinya, apakah itu wahyu dari Allah atau godaan setan. Dua malam berikutnya mimpi yang sama terulang kembali, maka pada pagi harinya setelah mimpi yang ketiga beliau yakin ini perintah Allah yang harus dilaksanakan walaupun terasa sangat berat di hati. 

Nabi Ibrahim bermusyawarah dengan keluarganya tentang mimpi itu. Ismail sangat memahami bahwa ayahnya adalah nabi Allah mimpi para nabi adalah wahyu ilahi, dengan mantap ia mengatakan kepada ayahnya untuk melaksanakan perintah Allah. Bertambah rasa syukur nabi Ibrahim, bertambahlah kecintaan kepada anaknya, bertambah matang pula hati beliau melaksanakan perintah yang sulit itu.

Berangkatlah nabi Ibrahim dan Ismail menuju tempat penyembelihan, sepanjang jalan Iblis menggoda mereka agar mengurungkan niat pengorbanan Ismail. Sampai di tempat penyembelihan nabi Ibrahim membaringkan Ismail, bersiap mengayunkan golok yang tajam ke leher anaknya. Namun Allah mengganti Ismail dengan seekor domba yang besar itulah yang kemudian disembelih sebagai kurban sedangkan Ismail tidak jadi disembelih. 

Kelahiran Nabi Ishaq Alaihissalam

Berita gembira tersebut bermula ketika tiga malaikat yaitu Jibril, Mikail dan Israfil, mendatangi nabi Ibrahim. Pada mulanya nabi Ibrahim mengira bahwa mereka adalah tamu biasa. Oleh karenanya beliau memperlakukan mereka selayaknya tamu bahkan beliau menghidangkan daging panggang dari sapi gemuk yang paling bagus. Namun ketika beliau menghidangkannya kepada mereka, tampak pada mereka tidak ada nafsu untuk memakannya karena pada dasarnya malaikat tidak diberikan nafsu untuk makan.

Nabi Ibrahim merasa aneh dengan sikap mereka. Dirinya mulai diliputi kekhawatiran, Para malaikat tersebut menangkap kekhawatiran pada nabi Ibrahim, akhirnya para malaikat segera memberitahu jati diri mereka. para malaikat juga memberi kabar gembira kepada Sarah bahwa dia akan mendapatkan keturunan bernama Ishaq. Sarah tidak dapat menyembunyikan kegembiraan dan keterkejutannya.

Spontan dia berteriak serasa tak percaya dengan berita gembira tersebut. Betapa tidak, dia merasa bahwa dirinya sudah tua dan selama ini dikenal mandul, begitupun suaminya juga telah tua. Tetapi tidak ada yang mustahil bagi Allah yang Maha Kuasa apabila Dia telah menetapkan keputusannya. 

Pembangunan Ka’bah

Nabi Ibrahim adalah orang yang pertama kali membangun Ka’bah sekaligus Masjidil Haram, masjid pertama yang dibangun manusia sebagai tempat untuk beribadah kepada Allah subahanahu wa ta’ala. Nabi Ibrahim adalah orang yang pertama kali membangun Ka’bah sekaligus Masjidil Haram, masjid pertama yang dibangun manusia sebagai tempat untuk beribadah kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Allah subhanahu wa ta’ala memerintahkan nabi Ibrahim untuk membangun Ka’bah agar menjadi tempat ibadah bagi penghuni bumi sebagaimana tempat-tempat ibadah serupa di langit bagi para penghuni langit (malaikat).

Allah pula yang memberinya petunjuk tempat di mana Ka’bah dan Masjidil Haram seharusnya dibangun, yang telah Dia tetapkan sejak penciptaan langit dan bumi. Pembangunan dilakukan oleh nabi Ibrahim dibantu anaknya Ismail. Pada awalnya mereka menggalinya sebagai pondasi bagi bangunan Ka’bah nantinya. 

Kemudian setelah pondasi selesai, dan nabi Ibrahim akan membangun pojok-pojoknya, dia meminta Ismail untuk mencarikan batu yang paling bagus untuk diletakkan di salah satu pojoknya. Meskipun pada saat itu Ismail merasa keletihan, namun dia tetap akan mencarikannya. Lalu datanglah malaikat Jibril membawa batu hitam dari daratan India. 

Batu tersebut awalnya putih mengkilap. Nabi Adam yang membawanya dari surga. Kemudian batu itu menghitam karena dosa-dosa manusia. Ketika bangunan mulai tinggi, nabi Ismail meletakkan sebuah batu sebagai tempat berpijak bagi nabi Ibrahim untuk meneruskan pembangunannya. Bekas tapak kaki  nabi Ibrahim yang melesak di batu tersebut dan bekasnya masih tampak hingga masa sekarang. Batu itulah yang dikenal  sebagai Maqam Ibrahim.

Pelajaran Berharga dari Nabi Ibrahim

Kisah nabi Ibrahim mengandung banyak pelajaran berharga. Beberapa di antaranya adalah:

1. Nabi Ibrahim adalah contoh keimanan yang sangat kuat kepada Allah. Ia bahkan merelakan anaknya untuk disembelih demi memenuhi perintah Allah.

2. Nabi Ibrahim menaati perintah Allah tanpa ragu atau tanya-tanya. Ketaatan ini menunjukkan kesetiaan yang luar biasa.

3. Kisah nabi Ibrahim mengajarkan keteguhan dalam menghadapi cobaan.

4. Nabi Ibrahim mempercayakan segalanya kepada Allah dan tawakkal sepenuhnya kepada-Nya.

5. Nabi Ibrahim bersabar dalam menghadapi tantangan dan selalu berdoa kepada Allah. Kesabaran dan doa adalah pelajaran penting dari kisahnya.

Wallohu ‘Alam