Nama atau kisah nabi Shaleh disebut dalam Al-Qur’an sebanyak sepuluh kali, yaitu dalam surah Al-A’raf ayat 73-79, surah Hud ayat 61-68, surah Al-Hijr ayat 80-84, surah Al-Isra‘ ayat 59, surah Asy-Syu’ara‘ ayat 141-159, surah An-Naml ayat 45-53, surah Fussilat ayat 17-18, surah Al-Qamar ayat 23-32, surah Asy-Syams ayat 11-15, dan surah Al-Fajr ayat 9.
Kehidupan Bangsa Tsamud
Keluarga Tsirwah yang dirahmati Allah, Tsamud adalah nama suatu suku, sebagian ahli sejarah berpendapat bahwa mereka merupakan bagian dari bangsa Arab, dan ada pula yang menggolongkannya ke bangsa Yahudi. Bangsa Tsamud bertempat tinggal di suatu dataran bernama Al-Hijr, yang sebelumnya merupakan daerah yang dikuasai suku Aad. Dahulu telah musnah karena dihantam bencana angin topan, sebagai bentuk pembalasan untuk kaum Aad atas pembangkangan dan pengingkaran mereka terhadap seruan dan risalah nabi Hud As.
Semua kemakmuran dan kemewahan hidup serta kekayaan alam, yang sebelumnya dimiliki dan dinikmati oleh kaum Aad, telah diwarisi oleh bangsa Tsamud. Tanah-tanah yang subur memberikan hasil berlimpah ruah, hewan ternak peliharaan mereka juga berkembang biak dengan baik. Bahkan bangsa Tsamud ternyata lebih mahir dibandingkan dengan kaum Aad. Mereka mampu membangun kembali jaringan irigasi yang lebih baik untuk mengairi lahan pertanian, mereka juga membangun tempat tinggal yang jauh lebih indah dan megah di bukit-bukit Al-Hijr.
Semua kenikmatan itu menjadikan mereka hidup tentram, sejahtera dan bahagia. Bahkan mereka merasa bahwa segala yang telah dimiliki, akan kekal bagi mereka sampai anak keturunan. Sehingga mereka berlomba-lomba dalam kemewahan dan kemakmuran. Kaum Tsamud tidak mengenal Allah Subhana waTa’ala. Tuhan mereka adalah berhala-berhala yang selalu mereka sembah dan puja. kepadanya mereka berqurban, tempat mereka meminta perlindungan dari segala bala dan musibah, mengharapkan kebaikan serta kebahagiaan.
Nabi Shaleh Berdakwah kepada Kaum Tsamud
Kehidupan kaum Tsamud semakin hari semakin menyimpang, aqidah mereka sangat bertentangan dengan kebenaran, mereka terus berada dalam kegelapan yang jauh dari cahaya keimanan. Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, tidak akan membiarkan hamba-Nya terus berada dalam kesesatan. Dengan Rahmat-Nya, Allah SWT mengutus nabi Shaleh menjadi rasul kepada bangsa Tsamud. Kehadiran beliau sebagai pemimpin yang membawa kebenaran dan keselamatan, serta yang menuntun mereka menuju jalan kebenaran. Mengenai kerasulan nabi Shaleh, Allah SWT berfirman dalam surah Al-A’raf ayat 73:
وَاِ لٰى ثَمُوْدَ اَخَاهُمْ صٰلِحًا ۘ قَا لَ يٰقَوْمِ اعْبُدُوْا اللّٰهَ مَا لَـكُمْ مِّنْ اِلٰهٍ غَيْرُهٗ ۗ
Artinya: “Dan kepada kaum Samud (Kami utus) saudara mereka Saleh. Dia berkata, “Wahai kaumku! Sembahlah Allah! Tidak ada Tuhan (sembahan) bagimu selain Dia.”
Nabi Shaleh masih serumpun dengan bangsa Tsamud, beliau satu suku bahkan masih kerabat dekat yang punya hubungan darah dengan mereka. Pada awalnya keluarga nabi Shaleh sangat terpandang dan dihormati oleh kaumnya, beliau terkenal tangkas, cerdik pandai, rendah hati dan juga ramah-tamah dalam pergaulan.
Dakwah Nabi Shaleh Ditolak Sebagian Besar Kaum Tsamud
Namun ketika nabi Shaleh mulai menyampaikan risalah kebenaran dan mengajak mereka untuk bertakwa dan menyembah Allah SWT, maka kaum Tsamud menjadi kecewa dan murka kepada beliau. Bahkan mereka mulai memusuhi nabi Shaleh, karena beliau meminta kaum Tsamud untuk tidak menyembah berhala, yang sudah menjadi bagian dari tradisi mereka secara turun-temurun.
Meskipun kaumnya menolak risalahnya, nabi Shaleh tidak menyerah ia mencoba berbagai upaya untuk mengajak bangsa Tsamud agar meninggalkan kekufuran. Beliau terus meyakinkan kaumnya bahwa dirinya adalah Rasulullah, yang sengaja diutus kepada mereka untuk menyampaikan kebenaran. Nabi Shaleh memperingatkan kaumnya agar mengikuti seruannya untuk menyembah dan beriman kepada Allah SWT, dan jangan menentangnya.
Sebagian kecil dari bangsa Tsamud menerima dakwah nabi Shaleh dan beriman kepada Allah SWT, pada umumnya mereka hanya berasal dari orang-orang yang kedudukan sosialnya lemah. Namun, lebih banyak dari bangsa Tsamud yang tidak menghiraukan nabi Shaleh, mereka menolak dan menentang ajakan beliau, bahkan mengejek dan mencapnya sebagai pembohong dan pembual belaka. Biasanya mereka berasal dari kelompok orang-orang kaya yang memiliki kedudukan tinggi.
Meskipun begitu berkat dari kegigihan dan keikhlasan nabi Shaleh dalam berdakwah, ia berhasil meluluhkan sebagian hati kaumnya dan membawa mereka kembali ke jalan yang benar. Sehingga hal ini mengakibatkan perpecahan dua kelompok di antara bangsa Tsamud. Kelompok pertama yaitu mereka yang menjadi pengikut nabi Shaleh, yang dipimpin oleh Junda’ bin Amru bin Mahlab bin Lubaid bin Jawwas, ia merupakan tokoh pemuka yang memiliki pengaruh pada kaum Tsamud. Sedangkan kelompok kedua penentang Nabi Shaleh, yang dipimpin oleh Dzu’ab bin Amru bin Lubaid Al-Habbab dan Rabbab bin Sha’r bin Julmas. Dzu’ab dan Rabbab merupakan sepupu dari Junda’, mereka juga berusaha untuk menghalangi Junda’ agar tidak terpengaruh dari ajaran nabi Shaleh.
Allah SWT Memberi Mukjizat kepada Nabi Shaleh
Pada suatu hari kaum Tsamud yang ingkar dengan ajaran nabi Shaleh datang menemuinya, mereka meminta dan menantang nabi Shaleh untuk mendatangkan keajaiban sebagai bukti kerasulan beliau. Apabila nabi Shaleh tidak mampu menunaikan permintaan mereka, maka ia akan dijuluki sebagai tukang bohong dan penipu. Nabi Shaleh tidak mempunyai pilihan lain, untuk meyakinkan kaumnya nabi Shaleh menerima tantangan bangsa Tsamud. Namun, terlebih dahulu nabi Shaleh juga mengajukan janji kepada kaum Tsamud, apabila ia mampu mendatangkan mukjizat yang mereka minta, maka bangsa Tsamud harus meninggalkan menyembah berhala dan beriman kepada ajaran yang dibawanya.
Dengan penuh harap nabi Shaleh berdo’a kepada Allah SWT, agar tantangan kaum Tsamud itu diwujudkan. Allah SWT yang Maha Mendengar dan Maha Kuasa, mangabulkan permintaan beliau. Menurut ahli sejarah, mukjizat yang diminta nabi Shaleh adalah unta betina yang tengah sarat 10 bulan, unta itu keluar dari sebuah batu yang telah ditunjuk kaum Tsamud. Ciri-ciri untanya juga sama persis dengan yang mereka harapkan, bahkan sebelumnya mereka tidak pernah melihat unta sebagus itu. Sehingga bangsa Tsamud merasa takjub melihat kejadian itu, bahkan awalnya mereka yang menentang dan meragukan nabi Shaleh, tiba-tiba berubah menjadi pengikut beliau dan beriman kepada Allah SWT.
Nabi Shaleh pun menunjuk kepada unta yang baru saja keluar dari batu itu, seraya menjelaskan tujuan adanya hewan mulia itu di tengah-tengah mereka. Beliau juga memperingatkan kaum Tsamud agar jangan menyakiti unta tersebut, sebagaimana yang dikisahkan dalam Al-Qur’an surah Hud ayat 64:
وَيٰقَوْمِ هٰذِهٖ نَا قَةُ اللّٰهِ لَـكُمْ اٰيَةً فَذَرُوْهَا تَأْكُلْ فِيْۤ اَرْضِ اللّٰهِ وَلَا تَمَسُّوْهَا بِسُوْٓءٍ فَيَأْخُذَكُمْ عَذَا بٌ قَرِيْبٌ
Artinya: “Dan wahai kaumku! Inilah unta betina dari Allah, sebagai mukjizat untukmu, sebab itu biarkanlah dia makan di Bumi Allah, dan janganlah kamu mengganggunya dengan gangguan apa pun yang akan menyebabkan kamu segera ditimpa (azab).”
Peringatan nabi Shaleh kepada kaumnya mengenai unta tersebut, juga dikisahkan dalam surah Asy-Syu’ara’ ayat 156:
وَلَا تَمَسُّوْهَا بِسُوْٓءٍ فَيَأْخُذَكُمْ عَذَا بُ يَوْمٍ عَظِيْمٍ
Artinya: “Dan jangan kamu menyentuhnya (unta itu) dengan sesuatu kejahatan, nanti kamu akan ditimpa azab pada hari yang dahsyat.”
Setelah bangsa Tsamud setuju dengan peringatan nabi Shaleh, dan berjanji mereka akan memelihara dan tidak akan menyakiti unta mukjizat itu. Nabi Shaleh kemudian mengizinkan kaumnya untuk memeras air susu unta tersebut secara bergantian.
Unta Nabi Shaleh Dibunuh
Setelah kehadiran unta mukjizat itu, para pengikut nabi Shaleh semakin banyak, bahkan keimanan mereka bertambah kokoh. Sedangkan orang-orang kafir yang menentang nabi Shaleh, merasa iri dan semakin dendam padanya. Mereka menganggap unta tersebut membawa mala petaka bagi mereka, karena mengganggu hewan ternak lainnya, sebab unta itu banyak minum pada sumber mata air. Sehingga mereka memikirkan rencana jahat dan sekongkol untuk membunuh unta tersebut.
Para pemimpin dan pemuka kaum Tsamud kafir mengadakan sayembara, bagi orang-orang yang mampu membunuh unta nabi Shaleh itu. Tidak berselang lama tiba-tiba seorang janda bangsawan yang sangat kaya raya, menawarkan dan menyerahkan kekayaannya kepada siapa saja yang dapat membunuh unta nabi Shaleh. Selain itu ada juga seorang perempuan yang menawarkan lagi, dengan menghadiahkan salah satu dari putri-putri cantiknya kepada seseorang yang berhasil membunuh unta itu. Dua hadiah yang telah ditawarkan sangat menggiur dan menarik perhatian warga Tsamud yang kafir.
Sehingga ada dua pemuda kaum Tsamud dengan segera memanfaatkan sayembara itu, yang bernama Mushadda bin Muharrij dan Gudar bin Salif. Mereka langsung menyusun strategi untuk membunuh unta nabi Shaleh dengan mengajak tujuh pemuda lainnya untuk membantu mereka. Mereka terus-terusan mengawasi unta betina itu, saat mereka melihatnya hendak pergi ke sumber mata air yang biasanya menjadi tempat minum unta. Dengan cepat Mushadda memanah betis unta betina itu, sembari Gudar menikam perut unta itu dengan pedangnya, mereka membantai unta yang tidak berdosa itu sampai mati. Sebagaimana yang dikisahkan dalam Al-Qur’an surah Hud ayat 65:
فَعَقَرُوْهَا فَقَا لَ تَمَتَّعُوْا فِيْ دَا رِكُمْ ثَلٰثَةَ اَ يَّا مٍ ۗ ذٰلِكَ وَعْدٌ غَيْرُ مَكْذُوْبٍ
Artinya: “Maka mereka menyembelih unta itu, kemudian dia (Saleh) berkata, “Bersukarialah kamu semua di rumahmu selama tiga hari. Itu adalah janji yang tidak dapat didustakan.”
Kaum Tsamud yang Ingkar Diberi Azab
Dengan perasaan sombong dan bangga, para pembunuh unta itu langsung menyampaikan berita kematian itu kepada khalayak ramai, orang-orang dari kelompok mereka merasa senang dan bergembira mendengar hal itu. Namun, nabi Shaleh sangat bersedih setelah mengetahui keadaan untanya, telah dibunuh oleh para kaum penentangnya. Meskipun begitu nabi Shaleh tidak membenci mereka, bahkan beliau mengajak dan juga mengingatkan para pembunuh unta itu untuk segera bertaubat, supaya tidak diazab oleh Allah SWT, sebab mereka telah melakukan pelanggaran. Namun mereka sama sekali tidak menghiraukan, justru meremehkan peringatan nabi Shaleh, bahkan mereka masih menantang supaya azab itu segera diturunkan.
Mereka berkata kepada nabi Shaleh, “Wahai Saleh! untamu telah mati dibunuh, cubalah datangkan akan apa yang engkau katakan dulu akan ancamannya bila unta itu diganggu, jika engkau betul-betul termasuk orang-orang yang terlalu benar dalam kata-katanya.” Nabi Saleh menjawab: “Aku telah peringatkan kamu, bahwa Allah akan menurunkan azab-Nya atas kamu jika kamu mengganggu unta itu. Maka dengan terbunuhnya unta itu maka tunggulah engkau akan tibanya masa azab yang Allah telah janjikan dan telah aku sampaikan kepada kamu. Kamu telah menentang Allah dan terimalah kelak akibat tentanganmu kepada-Nya, janji Allah SWT tidak akan meleset .Kamu boleh bersuka ria dan bersenang-senang selama tiga hari ini, kemudian terimalah ganjaranmu yang setimpal pada hari keempat. Demikianlah kehendak Allah dan takdir-Nya yang tidak dapat ditunda atau dihalang.”
Nabi Shaleh juga memberitahu kaumnya, bahwa sebelum Allah SWT menurunkan azab yang pedih, ada tanda-tanda terlebih dahulu diberikan kepada mereka yang ingkar. Pada hari pertama saat mereka terbangun dari tidurnya, wajah mereka berubah menjadi kuning. Pada hari kedua wajah mereka berubah menjadi merah, dan pada hari ketiga wajah mereka berubah menjadi hitam.
Mendengar ancaman azab yang diberitahukan oleh nabi Shaleh kepada kaumnya, para pelaku pembantai unta itu merancang pembunuhan kepada nabi Shaleh. Mereka bermusyawarah secara rahasia, tanpa diketahui orang lain. Mereka berencana melakukannya pada malam hari, disaat orang-orang telah tidur nyenyak. Namun, ketika mereka mendatangi nabi Shaleh dalam keadaan gelap gulita untuk melakukan pembunuhan itu. Tiba-tiba berjatuhanlah di atas kepala mereka batu-batu besar yang tidak diketahui asal kedatangannya, sehingga mereka seketika tewas sampai tidak bernyawa lagi. Demikianlah Allah SWT melindungi nabi Shaleh, dari perbuatan jahat orang-orang yang kafir.
Satu hari sebelum turunnya azab dengan izin Allah SWT nabi Shaleh bersama pengikutnya yang mukmin, pergi berpindah menuju daerah Ramlah yang merupakan sebuah tempat di Palestina. Diriwayatkan oleh Ibnu Katsir, pada hari keempat setelah matahari terbit maka datanglah azab Allah SWT yang menakutkan kepada kaum Tsamud yang ingkar. Mereka ditimpa petir yang dahsyat, kemudian disusul gempa bumi yang mengerikan. Sehingga daerah Al-Hijr hancur binasa dan orang-orang kafir kelompok penentang nabi Shaleh juga mati berkaparan, sebagaimana yang digambarkan dalam Al-Qur’an tentang keadaan mereka pada surah Al-A’raf ayat 78:
فَاَ خَذَتْهُمُ الرَّجْفَةُ فَاَ صْبَحُوْا فِيْ دَا رِهِمْ جٰثِمِيْنَ
Artinya: “Lalu datanglah gempa menimpa mereka, dan mereka pun mati bergelimpangan di dalam reruntuhan rumah mereka.”
Dalam satu riwayat dikisahkan, bahwa tidak ada satupun kelompok penentang nabi Shaleh yang selamat, kecuali Kalbah binti As-Salq. Dia adalah seorang budak perempuan yang pada saat azab terjadi melarikan diri ke arah perkampungan Arab, di sana ia menceritakan kejadian azab itu kepada penduduknya. Namun, setelah Kalbah diberi minum oleh salah satu warga penduduk perkampungan itu, tidak berselang lama dia pun meninggal, begitulah azab Allah SWT bagi orang-orang musyrik. Sedangkan Nabi Saleh dan para pengikutnya yang beriman diselamatkan Allah SWT dari azab tersebut.
Pelajaran yang Mesti Diambil dari Kisah Nabi Shaleh
Banyak pengajaran yang dapat diambil hikmahnya dari kisah nabi Shaleh di antaranya, 1. Menjadi pelajaran bagi kita umat Islam agar senantiasa melakukan amar makruf nahi mungkar.
2. Tidak melampaui batas dalam berbuat kemungkaran, sebab perbuatan mungkar meskipun dilakukan oleh sekelompok kecil, tapi akan berdampak buruk bagi orang lain.
3. Meneladani nabi Shaleh tentang kesabaran dan semangat beliau dalam memperjuangkan kebenaran.
4. Jangan sesekali kita meragukan kebesaran dan kuasa Allah SWT serta rasul-Nya.
5. Tidak bersikap sombong meskipun kehidupan kita serba berkecukupan, karena semuanya akan Allah SWT sirnakan apabila kita tidak bersyukur dan ingkar kepada-Nya.
Wallohu Alam