Dalam Al-Qur’an nama nabi Sulaiman disebutkan sebanyak 21 kali. Allah mengisahkan tentang nabi Sulaiman dalam Al-Qur’an surah An-Naml ayat 15-44, Shad ayat 30-40, Al-Anbiya’ ayat 78-82, Saba’ ayat 10-14.
Hadits tentang Nabi Sulaiman
Keluarga Tsirwah yang dirahmati Allah subhanahu wa ta’ala, Telah menceritakan kepada kami Ar-Rabi’ bin Sulaiman ia berkata, telah menceritakan kepada kami Syu’aib bin Al Laits ia berkata, telah menceritakan kepada kami Al Laits dari Ibnu ‘Ajlan dari Abu Az Zinad dari Al A’raj dari Abu Hurairah dari Rasulullah shalallahu alaihi wasallam, bahwa beliau bersabda:
خَرَجَتْ امْرَأَتَانِ مَعَهُمَا صَبِيَّانِ لَهُمَا فَعَدَا الذِّئْبُ عَلَى إِحْدَاهُمَا فَأَخَذَ وَلَدَهَا فَأَصْبَحَتَا تَخْتَصِمَانِ فِي الصَّبِيِّ الْبَاقِي إِلَى دَاوُدَ عَلَيْهِ السَّلَام فَقَضَى بِهِ لِلْكُبْرَى مِنْهُمَا فَمَرَّتَا عَلَى سُلَيْمَانَ فَقَالَ كَيْفَ أَمْرُكُمَا فَقَصَّتَا عَلَيْهِ فَقَالَ ائْتُونِي بِالسِّكِّينِ أَشُقُّ الْغُلَامَ بَيْنَهُمَا فَقَالَتْ الصُّغْرَى أَتَشُقُّهُ قَالَ نَعَمْ فَقَالَتْ لَا تَفْعَلْ حَظِّي مِنْهُ لَهَا قَالَ هُوَ ابْنُكِ فَقَضَى بِهِ لَهَا
Artinya: “Dua orang wanita keluar dengan membawa anak mereka masing-masing, lalu seekor serigala mengambil anak salah seorang dari mereka. Lalu mereka mengadu kepada Nabi Daud ‘alaihissalam tentang perselisihan mereka terhadap anak yang masih tersisa. Dan Nabi Daud memberi putusan bahwa anak itu milik wanita yang umurnya lebih tua. Keduanya lalu melewati Nabi Sulaiman, Nabi Sulaiman bertanya, “Apa masalah kalian?” akhirnya keduanya mengisahkan masalah tersebut kepadanya, Nabi Sulaiman lalu berkata, “Berilah aku sebilah pisau, aku dapat membelahnya untuk kalian berdua.” Maka wanita yang lebih muda berkata, “Engkau akan membelahnya!” Nabi Sulaiman menjawab, “Benar.” Wanita itu berkata lagi, “Jangan engkau lakukan, bagianku akan aku berikan kepadanya.” Nabi Sulaiman kemudian berkata, “Anak itu adalah milikmu.” Maka Nabi Sulaiman memberi putusan bahwa anak tersebut milik wanita yang lebih muda,”(HR. Nasai).
Memahami Bahasa Hewan
Nabi Sulaiman memiliki keistimewaan dapat memahami pembicaraan burung-burung dan dapat menjelaskan isi dan kandungan pembicaraan mereka. Selain itu, nabi Sulaiman pun dapat memahami bahasa hewan-hewan lainnya serta makhluk lainnya dari kalangan jin. Suatu hari nabi Sulaiman berjalan bersama bala tentaranya yang besar.
Mereka terdiri dari jin, manusia dan burung. Jin dan manusia berjalan bersamanya, sedangkan burung terbang di atasnya menaunginya dengan sayap, dan pada setiap kelompok dari ketiga jenis pasukannya itu telah ditetapkan pemimpin yang mengatur barisan mereka.
Hal tersebut sebagaimana dikisahkan dalam Al-Qur’an surah An-Naml ayat 17-18, adapun bunyinya sebagai berikut:
وَحُشِرَ لِسُلَيْمٰنَ جُنُوْدُهٗ مِنَ الْجِنِّ وَالْاِنْسِ وَالطَّيْرِ فَهُمْ يُوْزَعُوْنَ (17) حَتّٰىٓ اِذَآ اَتَوْا عَلٰى وَادِ النَّمْلِۙ قَالَتْ نَمْلَةٌ يّٰٓاَيُّهَا النَّمْلُ ادْخُلُوْا مَسٰكِنَكُمْۚ لَا يَحْطِمَنَّكُمْ سُلَيْمٰنُ وَجُنُوْدُهٗۙ وَهُمْ لَا يَشْعُرُوْنَ (18)
Artinya: “Untuk Sulaiman dikumpulkanlah bala tentara dari (kalangan) jin, manusia, dan burung, lalu mereka diatur dengan tertib (17) hingga ketika sampai di lembah semut, ratu semut berkata, “Wahai para semut, masuklah ke dalam sarangmu agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan bala tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadarinya (18).”
Ketika nabi Sulaiman dan bala tentaranya akan melewati lembah semut, seekor semut di antara mereka memperingatkan kaumnya segera masuk ke sarang masing-masing sebelum terinjak oleh nabi Sulaiman dan tentaranya, seraya dia memaklumi perbuatan nabi Sulaiman dan bala tentaranya karena mereka tidak mengetahui keberadaan semut-semut yang kecil itu.
Nabi Sulaiman yang memahami pembicaraan semut tersebut tersenyum, dia bergembira atas karunia Allah subhanahu wa ta’ala kepadanya yang tidak diberikan kepada selainnya. Karena itu, dia berdoa kepada Allah subhanahu wa ta’ala agar selalu diberikan rasa syukur kepada-Nya atas nikmat dan kekhususan yang diberikan kepada dirinya dan berdoa agar dirinya dimudahkan beramal sholeh serta dibangkitkan bersama hamba-hambaNya yang sholeh.
Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah pada Al-Qur’an surah An-Naml ayat 19 yang berbunyi:
فَتَبَسَّمَ ضَاحِكًا مِّنْ قَوْلِهَا وَقَالَ رَبِّ اَوْزِعْنِيْٓ اَنْ اَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِيْٓ اَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلٰى وَالِدَيَّ وَاَنْ اَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضٰىهُ وَاَدْخِلْنِيْ بِرَحْمَتِكَ فِيْ عِبَادِكَ الصّٰلِحِيْنَ
Artinya: “Dia (Sulaiman) tersenyum seraya tertawa karena (mendengar) perkataan semut itu. Dia berdoa, “Ya Tuhanku, anugerahkanlah aku (ilham dan kemampuan) untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku dan untuk tetap mengerjakan kebajikan yang Engkau ridai. (Aku memohon pula) masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh.”
Nabi Sulaiman dan Burung Hudhud
Burung hudhud termasuk salah satu unsur tentara kerajaan. Biasanya mereka diminta untuk melakukan tugas tertentu dan melaporkannya secara bergiliran. Adapun tugas hudhud adalah mencari sumber-sumber air di padang pasir saat pasukan sedang melakukan perjalanan.
Allah memberikan kemampuan sehingga burung hudhud dapat menentukan tempat-tempat yang di dalamnya memiliki kandungan sumber air di bawah bumi. Pada suatu hari nabi Sulaiman mencari hudhud, namun ia tidak menjumpainya. Timbul kemarahan nabi Sulaiman, ia berniat menghukum burung hudhud dengan mencabut bulunya, mengurungnya di dalam kurungan atau menyembelihnya.
Mungkin juga ia bisa memaafkannya, bilamana ia datang dengan bukti dan alasan yang jelas. Tak lama kemudian hudhud datang membawa informasi berharga yang belum diketahui nabi Sulaiman. Dia baru saja datang dari negeri Saba’ yang termasuk bagian dari negeri Yaman. Di sana hudhud mendapati sebuah kerajaan besar yang dipimpin oleh seorang ratu bernama Balqis yang memiliki kekuasaan serta berbagai macam kenikmatan.
Ia mempunyai singgasana besar yang dihiasi dengan emas, permata-permata, dan mutiara-mutiara yang berkilauan, akan tetapi sang ratu dan bangsa-bangsanya tidak mengakui kenikmatan-kenikmatan Allah yang dicurahkan kepada mereka serta tidak beriman kepada-Nya, melainkan mereka menyembah matahari dan bersujud kepadanya, bukan kepada Allah.
Mereka juga menghalang-halangi orang yang ingin menyembah Allah subhanahu wa ta’ala. Setan telah menyesatkan mereka, sehingga mereka tidak mendapat petunjuk untuk menyembah Allah subhanahu wa ta’ala semata. Namun nabi Sulaiman tidak serta merta mempercayai hudhud sebelum meyakini apakah yang disampaikan olehnya benar atau dusta. Maka ia akan menyelidiki dan memastikan kembali informasi tersebut.
Kerajaan Saba’ dan Ratu Balqis
Negeri ini dinamakan Saba’, karena di negeri tersebut tinggal anak Saba’ bin Yasyjub bin Ya’iib bin Qathan. Ia dinamakan Saba’ karena dialah raja pertama yang menawan tawanan dan memasukkan ke Yaman. Nama Saba’ disebut juga sebagai Syaba’. Negeri Saba’ adalah pusat perdagangan penting yang pedagangnya banyak dari kalangan orang-orang ibrani.
Kota ini terkenal akan kekayaannya yang berupa emas. Hudhud menyampaikan berita tentang sebuah kerajaan besar Saba’ yang ada di Yaman kotanya bernama Ma’rib yang jarak perjalanannya tiga hari dari San’a. Kerajaan Saba’ pada masa itu beralih ke tangan seorang putri raja yang ia angkat sebagai penggantinya, karena ia tidak memiliki keturunan lain selain putri semata wayangnya.
Mereka kemudian mengangkatnya sebagai ratu. Namun ada juga riwayat yang mengatakan bahwa sejarahnya, setelah bapaknya meninggal, masyarakat mengangkat orang laki-laki lain sebagai raja mereka. Namun setelah diangkat, raja tersebut berlaku zalim sehingga kerusakan merajalela. Maka Balqis mengatur siasat dengan cara memintanya agar sang raja menikahinya.
Raja tersebut bersedia, namun ketika dia akan menggaulinya, Balqis memberinya minuman khamar, dan ketika dia mabuk kepalanya dipukul hingga tewas. Setelah itu rakyatnya mengangkatnya sebagai ratu.
Surat Nabi Sulaiman kepada Ratu Balqis
Nabi Sulaiman ingin membuktikan kebenaran informasi yang disampaikan hudhud, nabi Sulaiman pun memberinya sepucuk surat dan menyuruhnya menyampaikan kepada Balqis. Isi dari surat tersebut mengajak sang ratu untuk beriman kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Sesampainya di sana surat itupun dilemparkan di hadapan sang ratu, setelah itu dia pun kembali.
Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah pada Al-Qur’an surah An-Naml ayat 27-28 yang berbunyi:
قَالَ سَنَنْظُرُ اَصَدَقْتَ اَمْ كُنْتَ مِنَ الْكٰذِبِيْنَ ۞ اِذْهَبْ بِّكِتٰبِيْ هٰذَا فَاَلْقِهْ اِلَيْهِمْ ثُمَّ تَوَلَّ عَنْهُمْ فَانْظُرْ مَاذَا يَرْجِعُوْنَ ۞
Artinya: “Dia (Sulaiman) berkata, kami akan memperhatikan apakah engkau benar atau termasuk orang-orang yang berdusta. (27) Pergilah dengan (membawa) suratku ini, lalu jatuhkanlah kepada mereka. Kemudian berpalinglah dari mereka, lalu perhatikanlah apa yang mereka bicarakan!.”(28)
Setelah mendapatkan surat dari nabi Sulaiman, ratu Balqis mengumpulkan para menteri dan pembesar di kerajaannya. Lalu dia menyampaikan tentang surat dari nabi Sulaiman yang diterimanya. Surat tersebut diawali dengan basmalah dan isinya adalah seruan untuk tunduk kepada Allah subhanahu wa ta’ala serta masuk berserah diri dalam agama-Nya.
Sebelum memutuskan sikap apa yang akan diambil, ratu Balqis ingin mendengar masukan dari orang-orang terdekatnya, karena cara inilah yang biasanya dia lakukan. Para pembesar itu memberikan masukan bahwa seandainya langkah peperangan yang harus diambil, maka mereka telah siap dengan kekuatan dan pengalaman perang yang dimiliki. Akan tetapi mereka menyerahkan keputusan akhir ada di tangan sang ratu. Sang Ratu ternyata memiliki pandangan tersendiri.
Dia telah memperkirakan bahwa raja pengirim surat ini tidak dapat ditandingi dan dikalahkan, dan apabila dia menyerang negerinya pastilah dia dan rakyatnya akan dikalahkan dan akan timbul kerusakan besar. Dirinyalah yang akan menanggung beban paling besar. Maka itu, dia mengatur siasat untuk merayu nabi Sulaiman agar tidak menyerang negerinya dengan mengirim berbagai hadiah yang sangat berharga kepadanya sambil menunggu apa yang akan dibawa kembali oleh utusannya.
Ketika utusan Balqis datang kepada nabi Sulaiman dengan membawa berbagai hadiah yang sangat berharga, nabi Sulaiman langsung menolaknya, karena bukan itu yang dia inginkan. Lagi pula harta yang Allah berikan kepadanya jauh berlipat ganda dibandingkan dengan pemberian mereka. Maka nabi Sulaiman memerintahkan para utusan itu untuk pulang kembali membawa hadiah mereka, bahkan dia mengancam akan mendatangi negeri mereka dengan balatentara yang tiada tandingannya.
Utusan Balqis kembali dan memberitahukan kepada ratunya tentang kekuatan Sulaiman dan penolakannya atas hadiah itu. Bahkan ia menegaskan sumpah Sulaiman berupa ancaman untuk menyerbu, jika Balqis menolak datang kepadanya. Ketika Balqis memahami bahwa nabi Sulaiman adalah seorang nabi yang diutus, maka ancaman itu benar adanya dan Balqis tidak akan sanggup menentang perintahnya.
Maka bersiap-siaplah Balqis bersama pemuka-pemuka kaumnya untuk pergi kepadanya. Nabi Sulaiman mengetahui perjalanan Balqis ke negerinya, maka ia pun bermaksud menunjukkan kepadanya salah satu mukjizat yang dikhususkan Allah baginya, agar hal itu menjadi bukti atas kenabiannya. Nabi Sulaiman pun memanggil seluruh rakyatnya dari berbagai makhluk dan bangsa, la menawarkan kepada rakyatnya, bagi siapa yang mampu membawa singgasana Balqis yang berada di negeri Saba ke istananya sebelum rombongan Balqis tiba di sana.
Awalnya Ifrit, makhluk jin, menyatakan siap mendatangkannya sebelum beliau (nabi Sulaiman) bangkit dari singgasananya. Diperkirakan waktunya antara pagi hingga siang hari. Dia pun menyatakan bahwa dirinya mampu untuk melakukan hal itu dan akan bersikap amanah terhadap perhiasan berharga yang dia bawa. Namun berikutnya ada seseorang yang dikatakan memiliki ilmu dari Al-Kitab yang siap melakukannya lebih cepat dari itu, yaitu dalam sekejap mata.
Pendapat yang paling mashur mengatakan bahwa orang itu bernama Aashif bin Barkhina, anak dari bibi nabi Sulaiman. Maka dalam sekejap mata singgasana ratu Bilqis yang asalnya berada di negeri Yaman sudah berada di hadapan Nabi Sulaiman yang berada di Baitul Maqdis. Setelah itu Nabi Sulaiman memerintahkan agar singgasana tersebut disamarkan dengan merubah perhiasannya untuk menguji kecerdasannya, apakah dia mengenalnya atau tidak.
Maka ketika Ratu Bilqis datang, dia langsung ditanya tentang singgasana yang telah berada di hadapannya, apakah serupa dengan singgasana yang dia miliki? Sang Ratu hanya berkata bahwa singgasana tersebut seakan-akan singgasana miliknya. Setelah ia menyelidiki, yakinlah ia bahwa singgasana itu adalah kepunyaannya sendiri. Sang ratu tak menyangka bahwa ada seseorang yang dapat melakukan perbuatan yang sangat ajaib tersebut.
Istana Kaca Nabi Sulaiman
Sebelumnya, Sulaiman memerintahkan untuk membangun istana kaca dan jalanannya diberi air yang ditutupi kaca, lalu di air tersebut diberi ikan dan hewan-hewan air lainnya, kemudian Balqis diperintahkan untuk masuk istana sementara Sulaiman duduk di atas singgasana kerajaannya. Balqis pun dipanggil, lalu masuklah ia menemui nabi Sulaiman, tercenganglah ia ketika melihat lantai yang nampak seakan-akan penuh dengan air.
Maka, secara refleks dia mengangkat gaun yang menutupi betisnya agar tidak terkena air tersebut. Lalu nabi Sulaiman memberitahukannya bahwa yang ada di depannya hanyalah bangunan yang terbuat dari kaca yang licin. Saat itulah hidayah Allah turun kepada ratu Balqis, sekejap kemudian, dia menyatakan dirinya berserah diri kepada Allah subhanahu wa ta’ala Sang Penguasa Alam.
Setelah itu Nabi Sulaiman menikahi ratu Balqis, namun dia mengembalikannya ke negeri Yaman serta tetap memberikannya kedudukan ratu di sana. Beliau mengunjunginya setiap bulan satu kali dan menetap di sana selama tiga hari serta memerintahkan para jin untuk membangunkan istana di Yaman untuknya.
Nabi Sulaiman Hakim yang Bijaksana
Terkait putusan yang sesuai dengan putusan Allah, Allah telah memuji nabi Sulaiman dan ayahnya, namun keputusan yang diambil nabi Sulaiman dinyatakan lebih tepat. Hal ini sebagaimana dikisahkan dalam Al-Qur’an surah Al-Anbiya’ ayat 78-79 yang berbunyi:
وَدَاوٗدَ وَسُلَيْمٰنَ اِذْ يَحْكُمٰنِ فِى الْحَرْثِ اِذْ نَفَشَتْ فِيْهِ غَنَمُ الْقَوْمِۚ وَكُنَّا لِحُكْمِهِمْ شٰهِدِيْنَ ۞ فَفَهَّمْنٰهَا سُلَيْمٰنَۚ وَكُلًّا اٰتَيْنَا حُكْمًا وَّعِلْمًاۖ وَّسَخَّرْنَا مَعَ دَاوٗدَ الْجِبَالَ يُسَبِّحْنَ وَالطَّيْرَۗ وَكُنَّا فٰعِلِيْنَ ۞
Artinya: ”(Ingatlah) Daud dan Sulaiman ketika mereka memberikan keputusan mengenai ladang yang dirusak pada malam hari oleh kambing-kambing milik kaumnya. (78) Kami menyaksikan keputusan (yang diberikan) oleh mereka itu. Lalu, Kami memberi pemahaman kepada Sulaiman (tentang keputusan yang lebih tepat).”(79)
Syuraih Al-Qadhi dan sejumlah salaf lain menyebutkan, kaum tersebut memiliki pohon anggur, lalu dirusak oleh kambing-kambing milik kaum lain, maksudnya mereka menggembala kambing pada malam hari, lalu kambing-kambing itu memakan pohon anggur hingga ludes. Mereka kemudian mengajukan permasalahan ini kepada Daud. Daud kemudian memutuskan kaum pemilik pohon-pohon anggur tersebut mendapat ganti rugi.
Setelah itu mereka menemui Sulaiman. Sulaiman bertanya, “Apa putusan yang diberikan nabi Allah pada kalian?” Mereka pun menjelaskannya. Lalu Nabi Sulaiman berkata, “Adapun aku, tidak akan menetapkan demikian. Yang akan aku tetapkan adalah menyerahkan kambing tersebut sementara kepada pemilik pohon anggur dan dia boleh memanfaatkannya, baik hasilnya atau susunya. Sementara itu, pemilik kambing diharuskan memperbaiki kebun anggur yang rusak hingga kembali seperti semula. Setelah itu dia baru dapat mengambil kambingnya kembali.” Hal itu didengar oleh nabi Daud, maka diapun menetapkannya demikian.
Nabi Sulaiman dan Kuda-kuda Kesayangannya
Nabi Sulaiman adalah seorang yang sangat rajin beribadah dan selalu berharap kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Namun, di sisi lain dia memiliki kesenangan bermain dengan kuda-kudanya yang jinak namun dapat berlari dengan sangat cepat. Suatu saat, dia asyik bermain dengan kuda-kudanya hingga matahari terbenam dan keluar waktu Asar sehingga tanpa sengaja dia meninggalkan sholat pada waktunya.
Maka, sebagai bukti penyesalannya dia membunuh kuda-kuda yang disayanginya dan meninggalkan kebiasaannya tersebut.
Ada yang mengatakan bahwa kudanya sangat besar. Ada pula yang mengatakan bahwa jumlahnya 10 atau 20 ribu. Ada pula yang mengatakan bahwa di antaranya terdapat 20 ribu kuda yang memiliki sayap.
Angin, Kendaraan Nabi Sulaiman
Karena nabi Sulaiman meninggalkan kuda-kuda demi mencari rida Allah, Allah pun menggantinya dengan angin yang jalannya lebih cepat, lebih kuat, lebih besar, dan tidak perlu menguras tenaga dalam penggunaannya. Nabi Sulaiman memiliki permadani yang terbuat dari rumput dan berukuran sangat besar sehingga mampu memuat apa yang dia butuhkan untuk dibawa, termasuk gedung, istana dan hewan-hewannya serta barang-barang bawaan lainnya.
Jika beliau hendak melakukan perjalanan ke sebuah negeri, semua itu diletakkan di atas permadaninya lalu dia perintahkan angin untuk masuk di bawahnya, kemudian angin itu mengangkatnya ke atas. Ketika dia sudah berada antara langit dan bumi, diperintahkannya angin berhembus membawanya. Jika dia ingin lebih cepat lagi, diperintahkannya angin topan
untuk membawanya lebih cepat lalu mendaratkannya di tempat mana saja sesuai keinginannya.
Perbandingan kecepatan perjalanan nabi Sulaiman adalah apabila sebuah jarak yang ditempuh dengan mengendarai unta membutuhkan waktu selama sebulan, oleh beliau hanya ditempuh hanya dalam setengah hari saja. Apabila pergi di pagi hari dan tiba di pertengahan hari, atau pergi di pertengahan dan tiba di sore hari.
Menundukkan Jin
Allah menundukkan jin di bawah kekuasaan nabi Sulaiman. Maksudnya adalah nabi Sulaiman dapat memerintahkan jin segala sesuatu yang dia inginkan. Mereka tidak dapat menghindar dari taat kepadanya. Siapa yang berusaha menghindar akan mendapat hukuman yang berat. Mereka diperintahkan untuk mendirikan bangunan-bangunan atau perkakas-perkakas.
Ada juga yang diperintahkan menyelam ke dasar laut untuk mengeluarkan benda-benda berharga seperti intan mutiara dari dalamnya dan apa saja yang hanya dapat diambil dari sana. Dengan demikian semakin lengkaplah kerajaan nabi Sulaiman sebagai sebuah kerajaan dan kekuasaan yang belum pernah ada tandingannya, baik bagi orang-orang sebelumnya maupun sesudahnya.
Kisah Wafatnya Nabi Sulaiman
Suatu ketika saat ia tengah sholat, ia melihat sebuah pohon tumbuh di hadapannya, lalu ia bertanya pada pohon itu, “Siapa namamu?” Pohon itu menjawab, “Kharûb (si peruntuh).” Nabi Sulaiman bertanya, “Untuk apa kamu (tumbuh)?” Pohon menjawab, “Untuk meruntuhkan rumah itu (Baitul Maqdis).”
Maka nabi Sulaiman berkata, “Ya Allah, kaburlah pandangan jin atas kematianku, supaya manusia mengetahui bahwa jin tidak mengetahui perkara gaib.” Lalu nabi Sulaiman bertopang dengan tongkatnya (sedangkan dia telah wafat) selama setahun. Selama itu pula bangsa jin bekerja (mereka tidak berani meninggalkannya karena takut dihukum nabi Sulaiman). Setahun kemudian setelah rayap menggerogoti tongkatnya, akhirnya nabi Sulaiman (yang telah wafat sejak lama) tersungkur.
Saat itulah jin baru mengetahui bahwa beliau telah wafat. Maka jelaslah bagi manusia bahwa seandainya jin mengetahui perkara gaib, niscaya mereka tidak akan dipekerjakan dengan keras selama setahun lamanya. Adapun raja sesudah nabi Sulaiman adalah anaknya yang bernama Rahba’am yang memerintah selama 17 tahun. Setelah itu kerajaan bani Isra’il bercerai berai.
Pelajaran Berharga dari Kisah Nabi Sulaiman
Kisah Nabi Sulaiman dalam agama Islam memiliki banyak pelajaran berharga. Beberapa di antaranya adalah:
1. Nabi Sulaiman dikenal sebagai seorang penguasa yang adil. Pelajaran ini mengajarkan pentingnya keadilan dalam pemerintahan dan kehidupan sehari-hari.
2. Nabi Sulaiman memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dengan hewan dan alam. Ini mengajarkan kita untuk menjaga alam dan makhluk-makhluk Allah dengan bijaksana.
3. Kisah Nabi Sulaiman juga mengandung pelajaran tentang kesabaran dan syukur kepada Allah. Meskipun memiliki kekuasaan besar, ia tetap bersyukur kepada Allah.
4. Nabi Sulaiman seringkali menunjukkan kekuatan doa dalam kisahnya. Ini mengajarkan kita pentingnya berdoa kepada Allah dalam segala aspek kehidupan.
5. Nabi Sulaiman dianugerahi kebijaksanaan oleh Allah. Pelajaran ini menggarisbawahi pentingnya memiliki kebijaksanaan dalam pengambilan keputusan.
Wallohu ‘Alam