Nama nabi Harun disebut dalam Al-Qur’an sebanyak 5 kali, yaitu dalam surah An-Nisa’ ayat 163, Al-An’am ayat 86, Al-Anbiya ayat 87-88, As-Saffat ayat 139-148, dan Yunus ayat 98.
Kehidupan Penduduk Niwana Sebelum Datangnya Nabi Yunus
Keluarga Tsirwah, Pada periode nabi Yunus Ninawa merupakan kota terbesar dan terkaya di bagian timur, yang merupakan pusat pemerintahan kerajaan Asyiria yang terletak di Utara Irak. Akan tetapi para penduduknya tidak beriman kepada Allah Subhana wa Taa’la, bahkan mereka menyekutukan Allah dengan menyembah berhala.
Kekayaan dan semua kenikmatan yang telah diberikan Allah SWT tidak membuat mereka menjadi hamba yang bersyukur, justru para kaum Asyiria semakin kufur. Kehidupan mereka sesat dan penuh dengan kemaksiatan, bahkan hari-hari mereka selalu dilumuri dosa-dosa besar. Kalau bukan sebab luasnya Rahmat Allah SWT mereka sudah lama dibinasakan, tapi karena Allah SWT Maha Pengasih dan Pemaaf, Allah masih memberi mereka kesempatan dan menunggu bertaubat. Sehingga Allah SWT mengutus nabi Yunus untuk berdakwah kepada mereka, agar para penduduk Niwana meninggalkan kemusyrikan dan hanya beriman kepada Allah SWT.
Dakwah Nabi Yunus Ditolak Oleh Bangsa Asyiria
Nabi Yunus adalah seorang rasul yang diutus Allah SWT, untuk berdakwah kepada bangsa Asyiria yang merupakan penduduk Niwana di Irak. Nabi Yunus tidak memiliki hubungan darah dengan bangsa Asyiria, beliau hanya orang asing yang sengaja mendatangi mereka karena perintah dari Allah SWT, dengan tujuan mengajak bangsa Asyiria untuk beriman kepada Allah SWT.
Nabi Yunus berdakwah sebagaimana dakwah nabi-nabi yang terdahulu, sebelum memulai dakwahnya ia terlebih dahulu memperkenalkan dirinya sebagai nabi dan rasul utusan Allah SWT. Kemudian beliau menyampaikan maksud kedatangannya dan mengajarkan ketauhidan serta syariat yang hak kepada penduduk Niwana. Akan tetapi bangsa Asyiria sama sekali tidak memperdulikan kehadiran nabi Yunus, bahkan mereka merasa risih mendengar dakwah nabi Yunus. Mereka mengolok-olok nabi Yunus dan menganggap, bahwa kebenaran yang telah disampaikannya itu adalah dusta.
Para penduduk Niwana tidak dapat menerima ajaran nabi Yunus, dengan alasan tidak segaris keturunan dengan mereka. Bahkan bangsa Asyiria menilai bahwa semua itu hanyalah hal baru, yang belum pernah mereka dengar sebelumnya. Mereka tidak mau meninggalkan kepercayaan nenek moyang mereka, yang telah lama diwariskan secara turun temurun kepada mereka.
Meskipun begitu, nabi Yunus terus berusaha menyeru kaum Asyiria, beliau tetap meyakinkan mereka bahwa semua ajaran dan juga agama yang dibawanya itu adalah hal yang benar. Akan tetapi para penduduk Niwana tetap mengganggap, bahwa ajaran nabi Yunus itu akan merusak adat istiadat mereka. mereka juga terus menantang nabi Yunus, dengan meminta beberapa bukti nyata kepada nabi Yunus, kalau beliau betul seseorang yang memiliki kelebihan (rasulallah), dan juga tidak membawa ajaran yang dusta kepada mereka. Bukan hanya itu, para penduduk Niwana malah menghentikan aksi nabi Yunus dalam berdakwah, bahkan mereka mengatakan tidak ada dari mereka yang akan mempercayai ajaran Nabi Yunus.
Nabi Yunus Meninggalkan Penduduk Niwana
Hari demi hari berganti nabi Yunus pun merasa kalau dirinya sudah lama menghabiskan waktu, untuk berdakwah kepada bangsa Asyiria. Walaupun banyak penduduk Niwana tapi hanya dua orang diantara mereka yang mau menerima risalah beliau, yaitu Rubil (seorang yang alim dan bijaksana) dan Tanuh (seorang yang tenang dan sederhana). Meskipun begitu nabi Yunus menganggap bahwa masa tugasnya sudah sampai digaris finis.
Perlakuan kaum Asyiria membuat Nabi Yunus tidak tahan tinggal lebih lama lagi bersama mereka. Nabi Yunus akhirnya menyerah dengan rasa gusar dan kecewa beliau memilih pergi (tanpa izin dari Allah), meninggalkan negeri Niwana seraya beliau memohon kepada Allah SWT agar penduduk Niwana diturunkan azab. Sebagai peringatan karena telah ingkar kepada seruan nabi Yunus, dan juga atas kekufuran mereka pada Allah SWT. Tidak lama setelah itu nabi Yunus pun pergi meninggalkan negeri Niwana.
Penduduk Niwana Bertaubat
Setelah Nabi Yunus meninggalkan mereka, tidak lama kemudian mereka melihat tanda-tanda yang mencemaskan, seakan-akan ancaman nabi Yunus (azab) kepada mereka akan menjadi kenyataan. Allah SWT sepertinya akan menghukum mereka, sebentar lagi kehancuran dan kebinasaan akan menimpa bangsa Asyiria. Mereka melihat keadaan cuaca menggelap di sekitar negeri Niwana, cahaya merah seperti api yang hendak turun dari langit, hewan-hewan peliharaan mereka terlihat tidak tenang dan gelisah, angin dari segala penjuru bertiup dengan kecangnya sekaligus membawa suara gemuruh yang menakutkan. Kaum Asyiria merasa panik dan ketakutan, sehingga mereka berbondong-bondong mencari nabi Yunus tapi tidak mereka temukan.
Rasa penyesalan telah Allah SWT hadirkan di hati mereka, dan menyadari bahwa nabi Yunus bukanlah seorang pendusta. Mereka bertaubat dan memohon ampun atas segala perbuatan dan dosa mereka, dan beriman kepada Allah SWT serta percaya kepada kebenaran dakwah nabi Yunus. Disamping itu mereka juga sudah menjalankan syariat yang dibawa oleh nabi Yunus.
Untuk menebus dosa-dosa mereka, mereka semua keluar dari negeri Niwana dengan beramai-ramai pergi ke bukit-bukit dan padang pasir, seraya menangis memohon ampun dan Rahmat Allah agar dihindarkan dari bencana azab dan siksaan-Nya. Allah yang maha Pengampun dan Pemaaf menerima taubat mereka, Allah SWT mengetahui bahwa hamba-hambanya itu sungguh-sungguh dalam bertaubat, sehingga siksa yang hampir ditimpakan pada mereka Allah SWT cabut dan tidak jadi diturunkan. Sebagaimana Firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surah Yunus ayat 98:
فَلَوْلَا كَا نَتْ قَرْيَةٌ اٰمَنَتْ فَنَفَعَهَاۤ اِيْمَا نُهَاۤ اِلَّا قَوْمَ يُوْنُسَ ۗ لَمَّاۤ اٰمَنُوْا كَشَفْنَا عَنْهُمْ عَذَا بَ الْخِزْيِ فِى الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا وَمَتَّعْنٰهُمْ اِلٰى حِيْنٍ
Artinya: “Maka mengapa tidak ada (penduduk) suatu negeri pun yang beriman lalu imannya itu bermanfaat kepadanya selain kaum Yunus? Ketika mereka (kaum Yunus itu) beriman, Kami hilangkan dari mereka azab yang menghinakan dalam kehidupan dunia dan Kami beri kesenangan kepada mereka sampai waktu tertentu.”
Udara gelap yang tadinya menyelimuti negeri Ninawa menjadi terang, wajah-wajah yang pucat kembali ceria, hewan-hewan yang gelisah menjadi tenang, dan mereka juga telah kembali ke rumah masing-masing di negeri Ninawa. Diiringi dengan penuh rasa gembira dan syukur kepada Allah SWT, karena telah berkenan menerima doa dan permohonan mereka. Suasana negeri Niwana sudah kembali seperti semula, para penduduknya sudah merasa tentram, tenang dan aman. Disamping itu, timbullah dalam hati mereka rasa rindu kepada nabi Yunus. Mereka berandai-andai sekiranya nabi Yunus hadir ditengah-tengah mereka, untuk menuntun dan mengajari mereka hal-hal yang membawa kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Mereka juga menyesal dan menyalahkan diri sendiri karena telah bersikap jengkel dan keras kepala kepada nabi Yunus, sehingga nabi Yunus pergi meninggalkan mereka.
Nabi Yunus Dilempar ke Laut
Adapun tentang nabi Yunus yang pergi tanpa mengetahui arah tujuan perjalanannya. Ia hanya terus menelusuri jalan dengan berjalan kaki, hingga akhirnya beliau sampai di tepi laut atas izin Allah SWT. Di pantai itu nabi Yunus melihat kapal besar hendak berlayar, beliau pun meminta izin kepada nahkoda kapal itu untuk ikut bersama mereka. Kebetulan cuaca saat itu sangat bagus dan mendukung, sehingga nabi Yunus diizinkan masuk ke dalam kapal itu, meskipun standar muatannya sudah melebihi batas.
Kapal besar itu pun berlayar dengan tenang, ketika sampai di tengah-tengah laut kapal yang mereka tumpangi tiba-tiba oleng dan hendak tenggelam, karena dihantam gelombang ombak besar yang disertai tiupan angin topan. Melihat situasi itu, nahkoda kapal menyuruh penumpangnya untuk mengurangi muatan kapal, para penumpang pun membuang semua barang dan perbekalan yang mereka bawah ke laut tanpa ada yang tersisa. Meskipun begitu kapalnya tetap oleng, sehingga untuk mengurangi muatannya nahkoda memutuskan untuk mengeluarkan salah satu penumpangnya ke laut.
Namun orang yang hendak di keluarkan itu tidak dipilih langsung oleh nahkoda ataupun penumpang, tetapi ditentukan dengan cara undian. Undian yang telah disepakati bersama bahwa siapapun yang keluar namanya, maka dialah yang harus keluar dari kapal. Undian pun dilakukan ternyata nabi Yunus yang keluar, karena ada yang belum setuju, maka untuk memastikannya pengundian pun diulang tiga kali, namun tetap saja nama nabi Yunus yang keluar. Hal ini dikisahkan dalam Al-Qur’an dalam surah As-Saffat ayat 141-142:
فَسَاهَمَ فَكَا نَ مِنَ الْمُدْحَضِيْنَ. فَا لْتَقَمَهُ الْحُوْتُ وَهُوَ مُلِيْمٌ.
Artinya: “kemudian dia ikut diundi ternyata dia termasuk orang-orang yang kalah (dalam undian).Maka dia ditelan oleh ikan besar dalam keadaan tercela.”
Melihat kenyataan itu, nabi Yunus menyadari bahwa hal demikian merupakan bentuk amarah dari Allah SWT kepadanya, ia sama sekali tidak mengelak bahkan nabi Yunus memasrahkan semuanya kepada Allah. Akhirnya dengan berat hati para penumpang kapal itu melemparkan nabi Yunus ke laut.
Nabi Yunus Ditelan Ikan Besar
Saat nabi Yunus tenggelam dan berada di dasar laut, tiba-tiba seekor ikan paus yang besar datang menelan beliau. Di dalam perut ikan nabi Yunus merasa sesak dan bersedih, ia sadar akan kesalahannya karena telah meninggalkan kaum Niwana. Selama dalam perut ikan, nabi Yunus memohon ampun dan bertaubat kepada Allah SWT, seraya terus berzikir dan berdo’a. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surah Al-Anbiya ayat 87:
وَ ذَا النُّوْنِ اِذْ ذَّهَبَ مُغَا ضِبًا فَظَنَّ اَنْ لَّنْ نَّـقْدِرَ عَلَيْهِ فَنَا دٰى فِى الظُّلُمٰتِ اَنْ لَّاۤ اِلٰهَ اِلَّاۤ اَنْتَ سُبْحٰنَكَ اِنِّيْ كُنْتُ مِنَ الظّٰلِمِيْنَ
Artinya: “Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika dia pergi dalam keadaan marah, lalu dia menyangka bahwa Kami tidak akan menyulitkannya, maka dia berdoa dalam keadaan yang sangat gelap, “Tidak ada Tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau. Sungguh, aku termasuk orang-orang yang zalim.”
Kisah yang paling masyhur menyebutkan, bahwa Nabi Yunus berada dalam perut ikan selama empat puluh hari. Berkat kesungguhan taubat dan do’a nabi Yunus dan pastinya karena Rahmat Allah SWT yang sangat luas, do’a nabi Yunus dikabulkan. Ikan paus yang menelan nabi Yunus diperintahkan Allah SWT, agar mengeluarkan nabi Yunus ke daratan yang kering dan tandus. Nabi Yunus keluar dari perut ikan dengan keadaan sakit, kurus dan lemah. Di tempat tersebut nabi Yunus menemukan sebuah pohon sejenis labu, yang daun-daunya dapat menaunginya dari terik matahari, dan buahnya dapat beliau makan. Akhirnya kesehatan nabi Yunus pulih, badannya sudah segar dan jiwanya juga sudah tenang.
Nabi Yunus Kembali kepada Kaumnya
Kemudian Allah SWT memerintahkan nabi Yunus, agar kembali berdakwah kepada kaumnya yang telah ia tinggalkan, yang berjumlah seratus ribu lebih penduduk. Tanpa sepengetahuan nabi Yunus, bahwa kaumnya sudah mendamba-dambakan kedatangannya untuk memimpin mereka dan memberi tuntunan lebih lanjut dalam menyempurnakan iman dan aqidah mereka.
Sangat senang hati nabi Yunus menerima Perintah Allah SWT itu, dengan semangat yang membara ia segera kembali ke negeri Niwana. Namun, sesampainya di sana nabi Yunus malah terkejut melihat keadaan negeri Niwana. Patung-patung berhala sembahan mereka sudah tidak ada lagi, nabi Yunus melihat orang-orang yang menentang dan menolak ajarannya dahulu, sekarang sudah menjadi kaum yang mukmin, telah beribadah dan menyembah Allah SWT. Bahkan kedatangannya disambut penduduk Niwana dengan baik dan penuh gembira.
Melihat hal itu nabi Yunus sangat bersyukur karena proses jihadnya untuk menyeru bangsa Asyria tidak lagi memiliki tantangan, mereka berbesar hati menerima risalah yang dibawa nabi Yunus. Allah SWT pun memberikan kenikmatan kepada mereka karena sudah mengikuti petunjuk nabi Yunus, yaitu berupa kesenangan dan kebahagiaan. Sehingga mereka hidup damai dalam agama Allah SWT. Sebagaimana yang dikisahkan dalam Al-Qur’an pada surah As-Saffat ayat 147-148:
وَاَ رْسَلْنٰهُ اِلٰى مِائَةِ اَلْفٍ اَوْ يَزِيْدُوْنَ. فَاٰ مَنُوْا فَمَتَّعْنٰهُمْ اِلٰى حِيْنٍ.
Artinya: “Dan Kami utus dia kepada seratus ribu (orang) atau lebih. sehingga mereka beriman, karena itu Kami anugerahkan kenikmatan hidup kepada mereka hingga waktu tertentu.”
Hikmah dan Pelajaran yang Bisa Diambil dari Kisah Nabi Yunus
Ada banyak hikmah dan pelajaran yang dapat diambil dari kisah Nabi Yunus. Di antaranya adalah:
Harus Sabar Dalam Berdakwah
Keutamaan kesabaran dalam berdakwah adalah hal yang sangat penting. Kita tidak bisa hanya sekali dua kali mengajak seseorang untuk kebaikan, tetapi kita harus berkali-kali dan lebih memaksimalkan usaha dalam berproses, bukan berputus asa.
Tidak Mengambil Keputusan Saat Sedang Marah
Keputusan yang diambil nabi Yunus “meninggalkan penduduk Niwana”, saat keadaan beliau sedang marah, ternyata menimbulkan malapetaka yang menjadi hukuman bagi dirinya, yaitu dilemparkan ke laut dan juga ditelan ikan besar. Hal ini menjadi pelajaran bagi kita untuk menahan diri dan tidak mengambil keputusan apapun saat sedang marah atau emosi.
Senantiasa Bertawakkal dan Memperbanyak Zikir serta Do’a kepada Allah SWT.
Berkat dari do’a dan zikir nabi Yunus, Allah SWT memberikan pertolongan dan menyelamatkan Beliau. Kita sebagai umat yang beriman senantiasa berserah diri kepada Allah, apapun kondisinya kita tidak boleh mengeluh apalagi sempat suudzan kepada-Nya.