“Orang-orang bertaqwa adalah mereka yang yang bersedekah tidak peduli nominal, mampu merendam emosi”
An-Nisa : 49
Tayangan ulang kajian komunitas
قال بعض حفاظ الحديث: كنت أكتب الحديث، فأكتب الصلاة فقط، فرأيت النبي صلى الله عليه و سلم في النوم، فقال لي: أما تتم الصلاة في كتابك؟ قال: فما كتبت بعد ذلك إلا صليت عليه و سلمت
Sebagian penghafal hadist berkata: “Suatu waktu aku menulis hadits dengan menulis sholawat saja tanpa adanya salam. Maka sudah itu akupun bermimpi bertemu dengan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam.”
Rasulullah SAW berkata kepada ku: “Apakah kamu tidak menyempurnakan menulis sholawat di bukumu?”
Dia berkata: “Maka Aku tidak tahu menulis sesudah itu kecuali bersholawat dan membaca salam kepada Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa salam.”
Referensi, Raaitu An-Nabi Shalallahu alaihi wa salam, karya Abu Anas Abdul Aziz Ahmad Abdul Aziz, hal 99.
Wallahu A’lam
Oleh Ustadz Nabil Amru Fawwaz
Saya memulai tulisan ini dengan mengutip Qur’an Surah Al-Mu’minun ayat 101:
فإذا نفخ في الصور فلا أنساب بينهم يومئذ ولا يتساءلون
“Apabila sangkakala ditiup (hari kiamat telah tiba), maka tidak ada lagi pertalian nasab di antara mereka pada hari itu (maksudnya nasab tidak bisa menolong), dan tidak pula mereka saling bertanya.”
Pada hari kiamat nanti, hubungan keluarga tidak akan menjadi penentu nasib seseorang.
Banyak yang salah paham, mengira bahwa:
Anak dari orang sholeh pasti selamat, sedangkan anak pelaku maksiat pasti celaka.
Padahal, keselamatan di akhirat bergantung pada rahmat Allah, yang diberikan kepada mereka yang beramal saleh.
Allah berfirman dalam Qur’an Surah Al-A’raf ayat 56:
ان رحمت الله قريب من المحسنين
“Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat dengan orang-orang yang berbuat baik.”
Contohnya Kan’an, putra Nabi Nuh, tidak selamat karena dia tidak beriman.
Sebaliknya, Ikrimah, putra Abu Jahal, justru termasuk orang mulia karena ia beriman dan beramal saleh.
Artinya, iman tidak bisa diwariskan. Begitu pula keselamatan di akhirat, kehormatan pun tidak bisa diwariskan.
Meskipun keturunan orang terpandang, jika perilakunya buruk, ia tetap dipandang rendah oleh orang lain.
Sebaliknya, meskipun keturunan orang yang bejat, jika ia beriman dan berbuat baik, orang pasti akan menghormatinya.
Nabi bersabda dalam hadits riwayat Muslim nomor 2699:
ومن بطأ به عمله لم يسرع به نسبه
“Barang siapa yang lambat amalnya, maka nasabnya tidak akan bisa mengejarnya (menolongnya).”
Imam Nawawi rahimahullah mengomentari hadits tersbut dalam kitab Al-Minhaj Syarah Shohih Muslim, juz 17 halaman 21 :
معناه من كان عمله ناقصا لم يلحقه بمرتبة أصحاب الأعمال، فينبغي ألا يتكل على شرف النسب وفضيلة الآباء ويقصر في العمل. وقال بعض أهل العلم: من قصر به عمله عن الوصول إلى درجات الصالحين لم ينفعه حسبه ونسبه ولو انتسب إلى النبيين والصديقين
“Makna hadits ini adalah: Barang siapa yang amalnya itu kurang, maka dia tidak akan sampai pada derajat mulia orang-orang yang (ahli beramal). Oleh karena itu, seyogyanya seseorang tidak mengandalkan nasabnya dan keutamaan nenek moyangnya, yang akhirnya ia malah sedikit beramal. Sebagian ahli ilmu juga menyatakan: Barang siapa yang amalnya tidak dapat membawanya ke derajat orang-orang yang sholeh, maka tidak akan bermanfaat silsilah dan nasabnya, meskipun ia termasuk keturunan para nabi dan para shiddiqqin (orang-orang yang benar).”
Jadi, nasab tidak menentukan nasib. Prestasi kita sebagai mukmin yang baik di dunia inilah yang akan menentukan nasib kita di akhirat.
Kalau misalnya seseorang punya nasab kepada nabi pun, itu tidak ada gunanya jika dirinya sendiri tidak punya prestasi sebagai seorang mukmin yang baik.
Allah berfirman dalam Qur’an Surah Al-Hujurat ayat 13:
إن أكرمكم عند الله أتقاكم
“Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah adalah orang yang paling bertaqwa.”
Imam Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya menjelaskan bahwa keutamaan seseorang di sisi Allah ditentukan oleh ketaqwaannya, bukan keturunannya.
وقوله: (إن أكرمكم عند الله أتقاكم) أي إنما تتفاضلون عند الله بالتقوى لا بالأحساب. [تفسير ابن كثير، ٧/٣٨٦]
Begitu pula Imam Ath-Thobari dalam kitab tafsirnya: kemuliaan seseorang di sisi Allah bukan karena besar rumahnya atau banyak keluarganya, melainkan karena ketaqwaan dan amalnya.
قوله: (إن أكرمكم عند الله أتقاكم)، إن أكرمكم أيها الناس عند ربكم، أشدّكم اتقاء له بأداء فرائضه واجتناب معاصيه، لا أعظمكم بي تا ولا أكثركم عشيرة. [تفسير الطبري، ٢٢/٣١٠]
Wallahu a’lam
(QS. Al-Jumu’ah Ayat 9)
يٰۤاَيُّهَا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡۤا اِذَا نُوۡدِىَ لِلصَّلٰوةِ مِنۡ يَّوۡمِ الۡجُمُعَةِ فَاسۡعَوۡا اِلٰى ذِكۡرِ اللّٰهِ وَذَرُوا الۡبَيۡعَ ؕ ذٰ لِكُمۡ خَيۡرٌ لَّـكُمۡ اِنۡ كُنۡتُمۡ تَعۡلَمُوۡنَ
Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman! Apabila telah diseru untuk melaksanakan salat pada hari Jumat, maka segeralah kamu mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.”
(QS. Al-Jumu’ah Ayat 10)
فَاِذَا قُضِيَتِ الصَّلٰوةُ فَانْتَشِرُوۡا فِى الۡاَرۡضِ وَابۡتَغُوۡا مِنۡ فَضۡلِ اللّٰهِ وَاذۡكُرُوا اللّٰهَ كَثِيۡرًا لَّعَلَّكُمۡ تُفۡلِحُوۡنَ
Artinya : “Apabila salat telah dilaksanakan, maka bertebaranlah kamu di bumi; carilah karunia Allah dan ingatlah Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung.”
Adapun amalan sunnah di hari jum’at adalah
Takwa kepada Allah 🍂✨
Syekh Ali Jaber 🍂✨
Takwa kepada Allah adalah kunci rezeki dan kunci keselamatan agar kita bisa keluar dari segala kesusahan dan dijaminkan kemudahan dalam kehidupan kita🍂✨
Inti dari takwa adalah mengamalkan apa yang di perintahkan oleh Allah dan Rasulullah SAW. Inti dari takwa adalah menjauhkan diri dari apa yang dilarang oleh Allah dan Rasulullah SAW.
_Wallahu A’lam_
_Oleh (Anita Febriyanti)_
سئل الشيخ العلامة سعيد بن حمد الحارثي- رحمه الله- إذا أراد المرء رؤية النبي صلى الله عليه و سلم في المنام ماذا يصنع؟، قال: -رحمه الله- يكثر من الصلاة والسلام عليه، لا سيما قبل النوم و بإتباع سنته، و السير على نهجه و طريقته.
Suatu saat As-Syaikh Al-Allamah Sa’id bin Hamd Al-Harisi, Ra. Ditanya: “Jika Ada seseorang yang ingin berjumpa Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi wasallam di dalam mimpinya, apa yang harus ia perbuat?
Beliau menjawab: “Perbanyaklah membaca Sholawat kepada Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wasallam, lebih-lebih membacanya sebelum tidur, ikut akan Sunnahnya dan menempuh jalannya.”
Referensi, Mafatih Al-Qobul fi As-Sholat ala Ar-Rasul, Syaikh Majid bin Ahmad Al-Wahibi, hal 35.
Wallahu A’lam
Oleh Ustadz Nabil Amru Fawwaz
Diriwayatkan dari Ashom bin Dhomroh dari Ali RA, Nabi bersabda “Makanlah buah Semangka dan muliakanlah buah tersebut, karena air di dalam semangka adalah air surga dan manisnya adalah seperti manisnya surga, dan orang yang makan satu suapan maka Allah memasukkan tujuh puluh obat ke tubuhnya, dan mengeluarkan tujuh puluh penyakit.”
Allah memberi sepuluh kebaikan, dan menghapus sepuluh keburukan bagi orang yang memakan satu suap semangka.
Kemudian Rasulullah membaca surah As Shaffaat ayat 146 : “Dan kami tumbuhkan untuk dia sebatang pohon dari jenis labu.”
Kemudian Nabi menambah perkataannya “Bahwasannya buah semangka dan labu adalah makanan surga, diriwayatkan dari Imam al Qurthubi, dengan sanad yang nyambung kepada Rasulullah.”
Referensi, Tadhkiroh al Qurthubi, hal 95, cetakan al Hidayah.
Wallahu A’lam
Oleh Ustadz Muhammad Zain
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
📿 Cara Baca :
Rabbanā, ātinā fid dunyā hasanah, wa fil ākhirati hasanah, wa qinā ‘adzāban nār
📖 Artinya :
“Tuhan kami, berikan kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat. Lindungilah kami dari siksa neraka.”
📚 WAWASAN :
Doa sapu jagat ini adalah lafal doa yang paling banyak dibaca oleh Rasulullah SAW. Intensitas yang tinggi menunjukkan betapa pentingnya doa ini. Hal ini dapat diketahui dari kesaksian para sahabatnya sebagaimana riwayat hadits berikut ini:
عن أنس قال كان أكثر دعاء النبي صلى الله عليه وسلم اللهم ربنا آتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار
Artinya, “Dari Anas, ia berkata, ‘Kebanyakan doa yang dibaca Rasulullah SAW adalah ‘Allāhumma Rabbanaa, ātinā fid dunyā hasanah, wa fil ākhirati hasanah, wa qinā ‘adzāban nār, ’’” (HR Bukhari dan Muslim).
Lafal doa sapu jagat ini bukan berasal dari hadits semata. Lafal doa ini dikutip dari Al-Qur’an, Surat Al-Baqarah ayat 201.
وَمِنْهُمْ مَنْ يَقُولُ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
Artinya, “Di antara mereka ada orang yang berdoa, ‘Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat. Lindungilah kami dari siksa neraka.’”
اَللَّهُمَّ ارْزُقْنَا حُبَّك وَحُبَّ مَنْ أَحَبَّك وَحُبَّ مَا يُقَرِّبُنَا إِلَيْك
📿 Cara Baca :
Allohummarzuqnaa Hubbak, Wa Hubba Man Ahabbak, Wa Hubbamaa Yuqorribunaa Ilaiik
📖 Artinya :
“Wahai Allah Tuhan kami, berikanlah kami rizki berupa Kecintaan terhadap-Mu, kecintaan kepada orang-orang yang mencintai-Mu, kecintaan terhadap perkara-perkara yang membuat kami lebih dekat kepada-Mu.”
📚 WAWASAN :
Untuk lebih dekat dengan yang kita cintai, kita juga perlu lebih dekat dan akrab dengan orang-orang yang dia cintai, yang mencintainya, dan berbagai hal yang ia suka.
Begitu pula dengan kecintaan kita kepada Allah, perlu dibuktikan dengan perbuatan-perbuatan semacam ini, dan kita juga tidak memiliki kekuatan untuk melakukannya kecuali atas dukungan dari Allah Sang Maha Kuasa.
Semoga kita menjadi orang yang mencintai para Ulama kekasih Allah, menyukai perbuatan-perbuatan baik yang disukai Allah, hingga pada akhirnya kita menjadi hamba yang disukai oleh Allah dan dekat dengan-Nya.
اَللَّهُمَّ حَبِّب إِلَيْنَا الإِيْمَان وَزَيِّنْهُ فِي قُلُوْبِنَا وَكَرِّه إِلَيْنَا الْكُفْرَ وَالْفُسُوْقَ وَالْعِصْيَان وَاجْعَلْنَا مِنَ الرّاشِدِيْن
📿 Cara Baca :
Allohumma Habbib ilainal Imaan, Wa Zayyinhu fii Quluubina, Wa Karrih ilainal Kufro wal Fusuuqo wal Isyaan, Waj’alnaa minar Roosyidiin
📖 Artinya :
“Ya Allah ya Tuhan kami, tambahkanlah Keimanan untuk kami, hiaskanlah keimanan tersebut dalam ruang hati kami, buatlah hati kami membenci kekufuran dan kefasikan serta kemaksiatan, dan jadikanlah kami sebagai hamba-hamba yang cerdas.”
📚 WAWASAN :
Doa ini berasal dari Al-Maghfurlah Romo Kyai Haji Muhammad Badruddin Anwar, Pendiri dan Pengasuh Pondok Pesantren An-Nur 2, Malang.
Doa ini menggambarkan bagaimana cara agar kita bisa dan mampu meminimalisir perbuatan maksiat, yaitu dengan cara memenuhi hati kita dengan keimanan, memenuhi hati kita dengan kebencian terhadap perbuatan-perbuatan maksiat itu sendiri.
Barang atau perkara yang kita benci, akan dengan mudah bagi kita untuk menjauhinya, sebaliknya, perkara yang sudah penuh di hati kita, akan dengan mudah bagi kita untuk senantiasa mengamalkannya.
اَللَّهُمَّ إنَّا نَسْئَلُكَ هِمَّةً عَالِيَة تُبَلِّغُنَا الىَ كُلِّ اَمْرٍ مَحْمُوْدٍ وَنِيَّةً صَادِقَة تُحْجِزُنَا عَنْ كُلِّ مَا يُوْجِبُ السُّدُود
📿 Cara Baca :
Allohumma innaa nas’aluka himmatan aaliyah, tuballighunaa ilaa kulli amrin mahmuud, wa niyyatan shoodiqoh, tuhjizunaa ankulli maa yuujibus suduud
📖 Artinya :
“Ya Allah, kami memohon kepada Engkau, sebuah gelora semangat yang tinggi yang mengantarkan kami untuk beramal amalan-amalan yang baik dan terpuji, kami juga memohon agar diberikan niat yang benar baik dan tepat, agar dihindarkan dari segala yang membuat suatu perkara tertutup.”
📚 WAWASAN :
Semangat adalah kata yang sering dilalaikan dan disepelekan, padahal dengan semangat itulah orang bisa melakukan apapun. Doa ini merupakan wasilah meminta pertolongan kepada Allah agar kita diberikan gejolak semangat untuk beribadah dan dalam melakukan hal-hal positif, hanya dengan dukungan-Nya kita mampu melakukan sesuatu sebagai hamba.
Doa ini juga memiliki tujuan penting agar Allah menata kembali hati kita, niat kita, dalam melakukan sesuatu, berharap agar tidak salah niat sehingga yang dilakukannya pun menjadi sesuatu yang diridhoi oleh-Nya, bukan malah dimurkai-Nya. Aamiin.